tag:blogger.com,1999:blog-49929616592479567152024-02-06T20:48:47.446-08:00SEEMBUN ILMUSEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.comBlogger37125tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-14884466396892118392012-07-01T23:47:00.000-07:002012-07-01T23:47:16.286-07:00HIKMAH DAN KEUTAMAAN SABAR<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfD5NSuAMas2H9SbmbkamSm-BwBZFz25S-NnXcEF1adkifOTTccovDWkcaQrYAmy5keAfeTehV2ST-xIhiESmSqUmdeQq3GNqS229HYJD7QziZZxuMN9d0Aeh1h_rmaUrKVTfrbg88w5s/s1600/SABAR.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfD5NSuAMas2H9SbmbkamSm-BwBZFz25S-NnXcEF1adkifOTTccovDWkcaQrYAmy5keAfeTehV2ST-xIhiESmSqUmdeQq3GNqS229HYJD7QziZZxuMN9d0Aeh1h_rmaUrKVTfrbg88w5s/s320/SABAR.jpg" width="320" /></a></div>
Oleh: <strong>Muhbib Abdul Wahab</strong>
<br />
<span class="blocktext">Orang yang tidak merugi adalah orang yang
beriman, beramal saleh, saling berwasiat kebenaran, dan saling
berwasiat kesabaran. (QS al-Ashr [103]: 1-3). Sabar merupakan akhlak
terpuji yang harus dimiliki setiap Muslim.</span><br />
<a name='more'></a><br /> <br /> Pepatah Arab
menyatakan, “Orang yang bersabar akan memperoleh kemenangan.” Allah
berfirman, “Hai orang-orang beriman, mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan shalat, (karena) Allah itu senantiasa bersama
orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah [2]: 158). <br /> <br /> Dari segi bahasa, <em>shabr </em>artinya menahan dan mengendalikan diri agar tidak “dijajah” hawa nafsu dan emosi. Dalam kitab <em>Tahdzib Madarik al-Salikan</em>,
Ibnu al-Qayyim mendefinisikan sabar sebagai menahan diri untuk tidak
melampiaskan nafsu angkara murka, mengendalikan lidah untuk tidak
berkeluh kesah, dan mengontrol anggota tubuh untuk tidak bertindak
anarki.<br /> <br /> Orang yang sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat
menghadapi kesulitan dan musibah, tetapi juga teguh pendirian
(istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan
optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna.<br /> <br />
Sabar bisa diklasifikasikan menjadi lima, yaitu sabar dalam ketaatan,
sabar dalam menjauhi kemaksiatan, sabar dalam menerima dan menghadapi
musibah, sabar dalam menuntut dan mengem bangkan ilmu, serta sabar
dalam bekerja dan berkarya. <br />
<span class="blocktext">Kelima bentuk kesabaran ini berkaitan erat
dengan ketahanan mental spiritual, sehingga kesabaran itu selalu
menuntut ketahanan jiwa dan kekayaan mental spiritual yang tangguh.<br /> <br />
Dalam menuntut ilmu dan berkarya, misalnya, kesabaran sangat diperlukan
karena kehidupan ini selalu berproses, memerlukan waktu, dan tidak
instan. Ketika “melamar” menjadi murid Khidir, Nabi Musa AS diminta
memenuhi satu syarat saja, yaitu sabar.<br /> <br /> Dalam banyak hal,
ketidaksabaran merupakan awal dari penyimpangan dan kemerosotan moral.
Korupsi, misalnya, merupakan wujud dari ketidaksabaran seseorang dalam
meraih kekayaan secara halal dan legal. Kemacetan jalan raya sering
kali disebabkan oleh ketidaksabaran pengguna jalan untuk disiplin dan
antre.<br /> <br /> Menurut Ali bin Abi Thalib, sabar itu sebagian dari
iman. Nilai sabar itu identik kepala pada tubuh manusia. Jika kesabaran
telah tiada, berarti iman dalam diri manusia itu telah sirna.<br /> <br />
Sejarah menunjukkan bahwa kemenangan dakwah Islam, antara lain,
terwujud karena kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian, musibah, dan
permusuhan. Tentara Muslim dalam perang Badar yang hanya berjumlah 313
orang berhasil menga lahkan tentara kafir Quraisy yang berjumlah 1.000
orang karena kuatnya kesabaran mereka. (QS al-Baqarah [2]: 249).<br /> <br />
Pendidikan kesabaran juga merupakan salah satu cara untuk memperoleh
petunjuk Allah SWT, karena orang yang sabar hanya mau mendengar suara
hati nurani, bukan mengikuti hawa nafsu dan emosi. (QS as-Sajdah [32]:
24). Sabar berarti kita harus ikhlas, menerima dan menyerahkan
sepenuhnya kepada Allah. <em>Wallahu a’lam</em>.</span>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-57840385069119638092012-06-29T19:35:00.001-07:002012-06-29T19:35:24.131-07:00MEMBERI MAAF, AKHLAK TERMULIA DI DUNIA DAN AKHERAT<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsGrv8Mr5Wv7C7I6M2DkLpehg8Mvowem9NoxWYureJ7PA0jepNwHv-zxV-tjcmh_i3shnVYzwh5gnLxtqNAjV-aCr3HGozA9AfSzvE_CLfptNWwmc0OvBAj1zNIzy79iu3RfkOcdaEchM/s1600/MEMBERI+MAAF.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsGrv8Mr5Wv7C7I6M2DkLpehg8Mvowem9NoxWYureJ7PA0jepNwHv-zxV-tjcmh_i3shnVYzwh5gnLxtqNAjV-aCr3HGozA9AfSzvE_CLfptNWwmc0OvBAj1zNIzy79iu3RfkOcdaEchM/s320/MEMBERI+MAAF.jpg" width="320" /></a></div>
<br /><div class="post-footer-line post-footer-line-2">
<span class="post-labels">
</span>
<span class="post-comment-link">
</span>
</div>
<span style="color: #000099;"><strong>BismiLLahirrahmanirraheem..</strong></span><br /><div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Suatu saat Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya:</strong></span></div>
<div align="justify">
<span style="color: #000099;"><strong><br /><span style="color: #cc0000;">قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - : أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى
أَكْرَمِ أَخْلاَقِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ؟ تَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ
وَتُعْطِى مَنْ حَرَمَكَ وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ<br />Nabi saw bersabda :
“Mahukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan
diakhirat? Memberi maaf orang yang menzalimimu, memberi orang yang
menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu.” (HR.
Baihaqi)<a name='more'></a></span></strong></span></div>
<div align="justify">
<br /><strong><span style="color: #cc0000;">أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ
أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ<br />“Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan
rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan.” (H.R.
Bukhari-Muslim).</span></strong></div>
<div align="justify">
<br /><strong><span style="color: #990000;">“Mahukah
kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada solat dan
tsaum (puasa)?” Sahabat menjawab, “Tentu saja!” Rasulullah pun kemudian
menjelaskan, “Engkau damaikan orang yang sedang bertengkar,
menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali
saudara-saudara yang terpisah, menyatukan berbagai kelompok dalam Islam,
dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal soleh
yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan
dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan.”
(H.R. Bukhari-Muslim).</span></strong></div>
<div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Saudaraku,
dari hadis di atas dapat kita lihat bahwa betapa besar nilai sebuah
jalinan persaudaraan. Oleh karena itu, memperkukuhkan ukhuwah islamiyah
merupakan salah satu tugas penting bagi kita. Namun, bagaimanakah utk
kita memastikan agar ruh ukhuwah tetap kukuh? Rahasianya ternyata
terletak pada sejauhmana kita mampu bersungguh-sungguh untuk memiliki
hati yang bersih dan selamat. Karena, kalbu yang kotor dipenuhi sifat
iri, dengki, hasud, dan buruk sangka, pasti akan membuat pemiliknya
melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang sekaligus dapat merosak
ukhuwah. Mengapa? Sebab bila di antara sesama muslim saja sudah saling
berburuk sangka, saling iri, dan saling mendengki, mana mungkin akan
tumbuh nilai-nilai persaudaraan yang indah?</strong></span></div>
<div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Sekali
lagi Saudaraku, adakah rasa persaudaraan dapat kita rasakan dari orang
yang tidak memiliki kemuliaan akhlak? Tentu saja tidak! Kemuliaan akhlak
tidak akan pernah bersatu dengan hati yang penuh iri, dengki, ujub,
riya, dan takabur. Di dalam hati yang kusam dan busuk inilah tersimpan
benih-benih tafarruq (perpecahan) yang muncul dalam pelbagai bentuk
permusuhan dan kebencian terhadap sesama muslim.</strong></span></div>
<div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Dengan
demikian, bila ada dua bangsa yang berperang, sekurang-kurangnya pasti
salah satu di antara mereka adalah sekumpulan manusia buruk akhlak,
tamak, dan terbius oleh gejolak nafsu untuk melemahkan pihak yang lain.
Bila dua suku berseteru, setidaknya satu di antara mereka adalah manusia
bermental rendah dan hina karena (mungkin) merasa sukunya lebih tinggi
derajat kemuliaannya. Bila dua keluarga tak bertegur sapa,
sekurang-kurangnya salah satunya telah terselimuti hawa nafsu, sehingga
menganggap permusuhan adalah satu-satunya langkah yang bisa
menyelesaikan masalah.</strong></span></div>
<div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Selanjutnya,
tanyakanlah kepada diri masing-masing. Adakah kita saat ini tengah
merasa tidak enak hati terhadap teman, adik, kakak, abang atau bahkan
ayah dan ibu sendiri? Adakah kita saat ini masih menyimpan kesal kepada
teman seperjuangan karena ia lebih diperhatikan orang? Adakah kita saat
ini masih menyimpan rasa ghill (dengki) terhadap saudara seiman sesama
kader dakwah, lantaran mungkin nasibnya lebih baik dari kita?</strong></span></div>
<div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Bila
demikian halnya, mana mungkin terketuk hati ini ketika mendengar ada
seorang muslim yang teraniaya, ada sekelompok masyarakat muslim yang
diperangi? Mana mungkin kita mampu bangkit serentak manakala hak-hak
muslim dirampas oleh kaum yang zalim? Mana mungkin kita mampu utk
mengulangi kembali kejayaan umat Islam?</strong></span></div>
<div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Nah,
dari sinilah bermulanya langkah untuk merenung dan mengkaji semula
sejauhmana kita telah memahami makna ukhuwah islamiyah. Karena, dari
sini juga Rasulullah Saw memulakan amanah kerasulannya. Betapa Rasul
menyadari bahwa menyempurnakan akhlak pada hakikatnya adalah mengubah
karakter dasar manusia. Karakter akan berubah seiring munculnya
kesadaran setiap orang akan jati dirinya. Oleh karena itu, menumbuhkan
kesadaran adalah jihad karena kesadaran merupakan sebutir mutiara yang
hilang tersapu oleh berlapis-lapis hawa nafsu.</strong></span></div>
<div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Manakala
saat kesadaran telah tersemai, jangan hairan jika Umar bin Khattab yang
pemberang adalah manusia paling pemaaf kepada musuhnya yang telah
menyerah di medan perang. Seorang sahabat meletakkan pipinya di tanah
dan minta diinjak kepalanya oleh sahabat bekas hamba yang telah
dihinanya. Para sahabat yang berhijrah bersama Rasul ke Madinah,
dipertautkan dalam tali persaudaraan yang indah dengan kaum Anshar,
sementara kaum Muslimin Madinah ini rela berbagi tanah dan tempat
tinggal dengan saudara-saudaranya seiman seaqidah tersebut.</strong></span></div>
<div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Saudaraku,
kekuatan ukhuwah memang hanya dapat dibangkitkan dengan kemuliaan
akhlak. Oleh karena itu, nampaknya kita amat merindukan pribadi-pribadi
yang mampu mencoret keluhuran akhlak. Pribadi-pribadi yang pelbagai,
sesederhana apa pun, adalah buah fikiran yang sekuat-kuatnya dicurahkan
untuk meringankan atau bahkan memecahkan masalah-masalah yang bersarang
pada dirinya sendiri maupun orang-orang di sekelilingnya sehingga
berbicara dengannya selalu membuahkan kelapangan.</strong></span></div>
<div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Tatapan
matanya adalah tatapan bijak bestari sehingga siapa pun niscaya akan
merasakan kesejukan dan ketenteraman. Wajahnya adalah cahaya cemerlang
yang sedap dipandang lagi mengesankan karena ia memancarkan kejujuran
itikad. Sementara itu, senyum yang tak pernah lekang menghias bibirnya
adalah sedekah yang jauh lebih mahal nilainya daripada intan mutiara.
Tak akan pernah terucap dari lisannya, kecuali untaian kata-kata yang
penuh hikmah, menyejukkan, membangkitkan keinsafan, dan meringankan
beban derita siapapun yang mendengarkannya.</strong></span></div>
<div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Berjabat
tangannya yang hangat adalah jabat tangan yang mempertautkan
seerat-eratnya dua hati dan dua jiwa yang tiada terlepas, kecuali
diawali dan diakhiri dengan ucapan salam. Kedua tangannya teramat mudah
terulur bagi siapa pun yang memerlukannya.<br />Sementara itu, bimbingan kedua tangannya, pastu selalu akan berada di majlis-majlis yang diberkati Allah Azza wa Jalla.</strong></span></div>
<div align="justify">
<br /><span style="color: #000099;"><strong>Dengan
demikian, umat Islam harus berhijrah dari berpecahbelah menuju ukhuwah
islamiyah, seraya menepis sisa-sisa jahiliyah dari hati ini. Memiliki
qalbu yang bersih dan selamat harus berada ditempat paling tinggi dari
segala-galanya agar kita mampu menilai diri dengan sebaik-baiknya dan
menatap jauh ke depan agar Islam benar-benar dapat termanifestasikan
menjadi rahmatan lil ‘aalamiin dan umat pemeluknya benar-benar menjadi
“sebaik-baik umat” yang diturunkan di tengah-tengah manusia. </strong></span></div>
<div align="justify">
<span style="color: #000099;"><strong>http://nzloveislam.blogspot.com </strong></span></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-53425396567503429652012-06-29T19:07:00.001-07:002012-06-29T19:07:48.617-07:007 AMALAN YANG PAHALANYA TERUS MENGALIR<div style="text-align: center;">
<img height="316" src="http://farm5.staticflickr.com/4142/4925483506_7afc8d9556_z.jpg" width="400" /><span style="font-size: large;"> </span></div>
<span style="font-size: large;">Amal Jariyah adalah sebutan bagi
amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melakukan
amalan tersebut sudah wafat. Amalan tersebut terus memproduksi pahala
yang terus mengalir kepadanya.</span><br />
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Hadis tentang amal jariyah yang
populer dari Abu Hurairah menerangkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, <i>
"Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal
perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya" (HR. Muslim).</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam amal jariah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dalam riwayat lain, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, <i>"Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan
pahala setelah orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang
disebarluaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab
keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang
dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai
yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang
disedekahkannya” (HR. Ibnu Majah).</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Di dalam hadis ini disebut tujuh macam amal yang tergolong amal jariah sebagai berikut.</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">1. Menyebarluaskan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal maupun
nonformal, seperti diskusi, ceramah, dakwah, dan sebagainya. Termasuk
dalam kategori ini adalah menulis buku yang berguna dan
mempublikasikannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">2. Mendidik anak menjadi anak
yang saleh. Anak yang saleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia.
Menurut keterangan hadis ini, kebaikan yang dipeibuat oleh anak saleh
pahalanya sampai kepada orang tua yang mendidiknya yang telah wafat
tanpa mengurangi nilai/pahala yang diterima oleh anak tadi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">3. Mewariskan mushaf (buku agama) kepada orang-orang yang dapat memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">4. Membangun masjid. Hal ini
sejalan dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, <i>”Barangsiapa yang membangun sebuah masjid
karena Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangun untuknya
sebuah rumah di surga” (HR. al-Bukhari dan Muslim).</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Orang yang membangun masjid tersebut akan menerima pahala seperti pahala orang yang beribadah di masjid itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">5. Membangun rumah atau pondokan
bagi orang-orang yang bepergian untuk kebaikan. Setiap orang yang
memanfaatkannya, baik untuk istirahat sebentar maupun untuk bermalam dan
kegunaan lain yang bukan untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada
orang yang membangunnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">6. Mengalirkan air secara baik
dan bersih ke tampat-tempat orang yang membutuhkannya atau menggali
sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang banyak. Setelah
orang yang mengalirkan air itu wafat dan air itu tetap mengalir serta
terpelihara dari kecemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia
mendapat pahala yang terus mengalir.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Semakin banyak orang yang
memanfaatkannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, <i>"Barangsiapa membangun sebuah sumur lalu
diminum oleh jin atau burung yang kehausan, maka Allah akan memberinya
pahala kelak di hari kiamat.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah).</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">7. Menyedekahkan sebagian harta. Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda. (*/rep)</span></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">
<span style="font-size: large;"><br />Read more: <a href="http://www.atjehcyber.net/2012/06/inilah-7-amalan-yang-pahalanya-terus.html#ixzz1zEozxf00" style="color: #003399;">http://www.atjehcyber.net/2012/06/inilah-7-amalan-yang-pahalanya-terus.html#ixzz1zEozxf00</a></span></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-38139371394890213702012-06-29T02:19:00.004-07:002012-06-29T02:19:30.639-07:00SYA'BAN BULAN YANG SERING DILALAIKAN<div class="main-content-top">
<br /></div>
<div class="img-content" style="text-align: center;">
<img src="http://www.voa-islam.com/timthumb.php?src=/photos/Bataku/Syaban_bulanlali.jpg&h=235&w=355&zc=1" /></div>
<h2>
<br /></h2>
<div style="text-align: justify;">
(Badrul Tamam)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Saudaraku, kaum muslimin! Bulan Rajab
telah berlalu meninggalkan kita. Sya'ban telah datang menggantikannya.
Sedangkan Ramadhan sudah berada di depan menunggu giliran. Maka sungguh
beruntung orang yang mengisi hidupnya untuk beribadah terutama pada
bulan-bulan yang mulia. Terus beristi'dad (bersiap diri) menyambut bulan
penuh berkah dan pahala besar dengan puasa dan amal shalih lainnya.</span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Pada dasarnya seluruh bulan, tahun,
siang dan malam, semuanya adalah waktu untuk beribadah dan beramal
shalih. Sementara takdir dan ajal kematian tetap berjalan pada
waktu-waktu tersebut. Hanya saja takdir dan ajal bagi masing-masing
insan tak ada yang tahu kecuali Dzat Yang menetapkannya. Maka orang
beruntung adalah yang memperhatikan siang dan malamnya untuk mendekatkan
diri kepada Allah dengan amal shalih. Harapannya, semoga saat ajal
datang menjemput ia menjadi orang beruntung yang menutup umurnya dengan
husnul khatimah. Sehingga ia aman dari siksa kubur dan selamat dari
jilatan api neraka di akhriat. Dan sesungguhnya Allah tidak menjadikan
perintah beramal bagi seseorang usai dan berhenti kecuali dengan
kematian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em> berfirman,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).</em>" (QS. al-Hijr: 99)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dan Allah tetap memerintahkan beramal selama mereka masih berada di negeri taklif, dunia. Allah Ta'ala berfirman,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.</em>" (QS. Al-Dzariyat: 56)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: large;">Setiap kesibukan yang dilakoni seseorang
yang kosong dari ketaatan kepada Allah dan tidak mendapat ridha-Nya,
maka itu kegiatan yang merugi. Dan setiap waktu yang diisi dengan
kegiatan yang kosong dari dzikrullah dan mengingat hari akhirat maka
akan menjadi penyesalan baginya pada hari kiamat. Maka manusia terbaik
adalah yang panjang umurnya dan bagus amalnya. Sebaliknya, manusia
terburuk adalah orang yang panjang umurnya namun buruk amalnya. </span><br />
<blockquote>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>Sya'ban: Bulan yang Sering Dilalaikan </strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Pada bulan Sya'ban, umumnya, umat Islam
sibuk dengan persiapan-persiapan menyambut Ramadlan. Tetapi seringnya,
persiapan itu berkisar hanya masalah materi. Bagi pedagang, mereka sibuk
menyiapkan stok untuk menghadapi gebyar Ramadlan, yang biasanya sangat
ramai. Bagi panitia pengajian, sibuk mengadakan acara-acara penutupan
pengajian, biasanya diisi dengan makan-makan atau rekreasi bareng. Di
sebagian daerah malah ada yang mengadakan lebih buruk dari itu, yaitu <strong><em>padosan</em></strong>
(mandi bareng) yang terkonsentrasi di satu sungai, sumber air, sumur
keramat atau tempat lainnya yang di situ berkumpul laki-laki dan
perempuan. Mereka menyambut Ramadhan dengan kemaksiatan, khurafat, dan
keyakinan yang tak berdasar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Ada juga kesimpulan konyol dari sebagian
masyarakat yang menjadikan Sya’ban sebagai bulan pelampiasan. Karena
mumpung belum Ramadhan, mereka puas-puaskan berbuat maksiat, “Mumpung
belum Ramadhan. Nanti kalau sudah Ramadhan, puasa kita bisa tidak sah”,
kalimat terkadang mampir ke telinga kita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid <em>Radhiyallahu 'Anhuma</em>, Rasulullah <em>Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam</em> bersabda,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">“<em>Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan.</em>” (HR. Al Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Ibnul Hajar <em>rahimahullah</em>
berkata: "Dinamakan Sya'ban karena kesibukan mereka mencari air atau
sumur setelah berlalunya bulan Rajab yang mulia, dan dikatakan juga
selain itu." (al-Fath: 4/251)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>Faidah Beribadah Saat Banyak Orang Lalai</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dari sabda Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>
di atas menunjukkan tentang anjuran mengerjakan ketaatan dan amal
ibadah pada waktu-waktu yang dilalaikan orang sebagaimana qiyamul lail
(shalat tahajjud), shalat dhuha saat matahari mendekati pertengahan
(shalat awwabin), berdzikir di pasar, dan semisalnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Ibnu Rajab <em>rahimahullah</em>
mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya
melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang
dicintai di sisi Allah.” (Lathaif Al Ma’arif, 235)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Beribadah pada saat-saat yang banyak
dilalaikan orang akan lebih ikhlas sehingga pahalanya semakin besar.
Karena beribadah di saat itu akan lebih berat dirasakan oleh jiwa,
karena biasanya jiwa kita ini akan terpengaruh dengan apa yang
dilihatnya. Maka apabila banyak orang yang lalai, maka akan semakin
berat bagi jiwa untuk menjalankan ketaatan. Oleh sebab itu, secara umum,
meningkatkan ibadah pada bulan Sya'ban dan menjaga diri dari
ikut-ikutan manusia yang memanfaatkan aji mumpung sebelum Ramadhan
adalah sesuatu yang berat. Karenanya, maukah kita menjadi orang yang
istimewa di bulan in? Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/<a href="http://voa-islam.com/">voa-islam.com</a>]</span></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-70349893039255929442012-06-29T02:13:00.000-07:002012-06-29T02:13:05.491-07:00PETUNJUK DALAM MEMULIAKAN SYA'BAN<div class="img-content" style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><img height="264" src="http://www.voa-islam.com/timthumb.php?src=/photos/Bataku/Fadhail_Syaban.jpg&h=235&w=355&zc=1" width="400" /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">(Oleh: Badrul Tamam)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Sya'ban adalah bulan yang mendapat
perhatian dari Islam. Posisinya yang berada di antara bulan haram
(Rajab) dan Ramadhan menjadi salah satu sebab penentunya. Di mana pada
masa jahiliyah, orang-orang sibuk dengan kegiatan duniawi sehingga lalai
dari menjalankan ketaatan. Tidak sebagaimana pada saat bulan Rajab dan
Ramadhan.</span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Al-Hafidz Ibnul Hajar <em>rahimahullah</em>
berkata: "Dinamakan Sya'ban karena kesibukan mereka mencari air atau
sumur setelah berlalunya bulan Rajab yang mulia, dan dikatakan juga
selain itu." (al-Fath: 4/251)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid <em>Radhiyallahu 'Anhuma</em>, Rasulullah <em>Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam</em> bersabda,</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">“<em>Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan.</em>” (HR. Al Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Pada bulan Sya'ban, umumnya, umat Islam
sibuk dengan persiapan-persiapan menyambut Ramadhan. Tetapi, seringnya,
persiapan itu berkisar hanya masalah materi. Bagi pedagang, mereka sibuk
menyiapkan stok untuk menghadapi pasar Ramadlan, yang biasanya sangat
ramai. Bagi panitia pengajian, sibuk mengadakan acara-acara penutupan
pengajian. Biasanya diisi dengan makan-makan atau rekreasi bareng.
Padahal berdasarkan sabda Nabi <em>Shallalahu 'Alaihi Wasallam </em>ada beberapa amalan yang dianjurkan, seperti memperbanyak puasa di bulan itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Di sisi lain, sebagian kaum muslimin
yang terlalu gemar beribadah, melakukan ritual-ritual yang beraneka
ragam untuk memuliakan bulan ini, khususnya di malam pertengahan, nishfu
Sya'ban. Tetapi, sayangnya, ritual-ritual tersebut tidak memiliki dasar
yang kuat dari dalil shahih.</span></div>
<blockquote>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span style="color: red;"><span><br /></span></span></span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>Bagaimana petunjuk Islam dalam memuliakan Sya'ban?</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dalam memuliakan Sya'ban dianjurkan
melaksanakan ketaatan dan amal ibadah yang telah disyariatkan secara
umum, seperti qiyamullail, shalat sunnah rawatib, membaca al-Qur'an,
bersedekah dan lainnya. Namun ada satu amal yang mendapat perhatian Nabi
<em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> secara khusus. Beliau
menghidupkan Sya'ban dengan memperbanyak puasa, hampir seluruhnya.
Sehingga terjadi perbincangan serius di kalangan ulama tentang puasa
penuh di bulan Sya'ban.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid <em>Radhiyallahu 'Anhuma</em>,
beliau berkata, “Wahai Rasulullah! aku tidak pernah melihatmu berpuasa
pada satu bulan dari bulan-bulan yang ada sebagaimana puasamu pada bulan
Sya’ban.”Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> bersabda,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>ذَلِكَ
شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ
تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ
يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">“<em>Bulan Sya’ban adalah bulan di mana
manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan
tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb
semesta alam. Oleh karena itu, aku amat suka saat amalanku dinaikkan aku
dalam kondisi berpuasa.</em>” (HR. Al Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dari ‘Aisyah <em>radhiyallahu ‘anha</em>, beliau mengatakan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ
يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ
رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">“<em>Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak pernah
berbuka (tidak puasa). Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa
beliau tidak pernah berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpuasa secara sempurna sebulan
penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau
berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.</em>” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">‘Aisyah <em>radhiyallahu ‘anha</em> juga mengatakan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>لَمْ
يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ
شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><em>“Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan
Sya’ban. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam biasa berpuasa pada bulan
Sya’ban seluruhnya.”</em> (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah <em>Radhiyallahu ‘Anha</em> mengatakan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><em>“Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa
Sya'ban semuanya kecuali hanya sedikit hari saja (sedikit hari yang
beliau tidak berpuasa padanya).”</em> (HR. Muslim no. 1156)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan, “<em>Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh
selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan
Ramadhan.</em>” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>Maksud berpuasa pada Sya'ban seluruhnya</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam </em>biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya (Kaana yashumu sya’ban kullahu)? Imam Asy Syaukani <em>rahimahullah </em>menjawab
hal ini, “Riwayat-riwayat ini bisa dikompromikan dengan kita katakan
bahwa yang dimaksud dengan kata “kullu” (seluruhnya) di situ adalah
kebanyakannya (mayoritasnya). Alasannya, sebagaimana dinukil oleh At
Tirmidzi dari Ibnul Mubarok. Beliau mengatakan: bahwa boleh dalam bahasa
Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu bulan dengan
dikatakan berpuasa pada seluruh bulan.” (Nailul Authar, 7/148). Jadi,
yang dimaksud oleh Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam </em>berpuasa di seluruh hari bulan Sya’ban adalah berpuasa di mayoritas harinya.</span></div>
<blockquote>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span><span style="color: red;"><br /></span></span></span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>Kenapa Nabi Tidak Puasa Penuh di Bulan Sya'ban?</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Al-Imam Al-Nawawi <em>rahimahullah</em> menuturkan bahwa para ulama mengatakan, “Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>
tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan
agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib.” (Syarh Muslim,
4/161)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: large;"><strong>Hikmah Banyak Puasa di Bulan Sya'ban</strong></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Di antara rahasia kenapa Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>
banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah
ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib).
Sebagaimana shalat sunnah rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan
karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah
puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa
Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa
menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathaif Al Ma’arif,
Ibnu Rajab, 233)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Alasan lainnya, karena pada bulan Sya'ban tersebut amal-amal shalih di angkat kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em>. Sehingga Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> menyukai saat amal shalih beliau diangkat kepada Allah sedang beliau dalam kondisi berpuasa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> bersabda,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>ذَلِكَ
شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ
تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ
يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ</span></span></div>
<span style="font-size: large;">“<em>Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di
antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan
dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh
karena itu, aku amat suka saat amalanku dinaikkan aku dalam kondisi
berpuasa.</em>” (HR. Al Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Mari kita muliakan Sya'ban dengan semestinya dan jangan melalaikannya dari ibadah dan taqarrub kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em>.
Khususnya, bagi saudari-saudariku, kaum muslimah, yang masih mempunyai
hutang puasa di tahun lalu, hendaknya segera dilunasi hutang tersebut.
Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam.com]</span></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-13134907900145562442012-06-29T02:04:00.007-07:002012-06-29T02:04:51.374-07:00DO'A SAAT MELIHAT ORANG YANG SAKIT ATAU TERTIMPA MUSIBAH<div class="img-content" style="text-align: center;">
<img src="http://www.voa-islam.com/timthumb.php?src=/photos/Bataku/doa_lihatorangsakit.jpg&h=235&w=355&zc=1" /></div>
<h2>
<br /></h2>
(Oleh: Badrul Tamam)<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span>اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><em><span>Al-Hamdulillah al-Ladzi 'Aafanii Mimmabtalaaka Bih, wa Fadhdhalanii 'Alaa Katsiirim Mimman Khalaqa Tafdhiilaa</span></em></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"Segala puji bagi Allah yang telah
menyelamatkanku dari musibah Allah timpakan kepadamu dan yang telah
memuliakanku atas orang banyak."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>Sumber Hadits</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Hadits tersebut terdapat dalam Sunan al-Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah. Diriwayatkan dari Ibnu Umar, dari Umar bin al-Khathab <em>–Semoga Allah meridhai Umar dan anaknya</em>-, bahwa Rasulullah<em> Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> telah bersabda: "Siapa yang melihat orang yang tertimpa musibah lalu ia berkata (membaca):</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"Segala puji bagi Allah yang telah
menyelamatkanku dari musibah Allah timpakan kepadamu dan yang telah
memuliakanku atas orang banyak," kecuali ia akan diselamatkan dari
musibah tersebut, musibah apapun juga selama ia hidup." (Dihassankan
oleh Syaikh Al-Albani)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>Cara Membacanya</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Diriwayatkan dari Abu Ja'far Muhammad
bin Ali, beliau berkata: Apabila melihat orang tertimpa musibah maka
hendaknya berlindung dengan membaca doa tersebut pada dirinya tanpa
memperdengarkannya kepada orang yang menderita musibah."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>Keterangan</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Menjelang perubahan musim (musim
pancaroba) cuaca sering tidak menentu, terkadang sangat panas menyengat
sehingga sangat gerah saat di dalam rumah. Namun juga -terkadang- hujan
turun tiba-tiba. Biasanya, cuaca semacam ini diikuti banyaknya orang
sakit seperti pilek, batuk, cacar, dan lainnya. Sebabnya, karena tubuh
kurang mampu menyesuaikan dengan perubahan cuaca tersebut sehingga daya
tahan tubuh menurun. Akibatnya, saat virus masuk ke dalam tubuh sistem
anti body tidak mampu berkerja baik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Salah satu cara syar'i yang diajarkan Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>
untuk melindungi diri dari tertimpa penyakit yang telah menimpa saudara
atau kawan-kawan kita, yaitu dengan membaca doa tersebut. Karena
jaminan dari khabar Nabawi, "Kecuali ia akan diselamatkan dari musibah
tersebut, musibah apapun juga selama ia hidup."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>Sudah Membaca, Masih Juga Tidak Aman</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Ini persoalan yang terkadang terjadi,
orang sudah membacanya namun masih juga tertular penyakit yang sudah
menimpa orang lain atau tertimpa musibah yang telah menimpanya. Apanya
yang salah? Apa doanya tidak mujarab? Ataukah yang mengabarkan berdusta?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Seorang muslim wajib mengimani, apa yang diberitakan Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam </em>adalah
benar, dan apa yang beliau perintahkan pasti membawa manfaat. Beliau
tidak berdusta dan tidak mengarang-ngarang sendiri dalam memberikan
tuntutan. Semua itu berasal dari wahyu yang beliau terima dari Rabbnya
dan Tuhan kita semua.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Allah Ta'ala berfirman,</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>"<em>Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya. Dia itu tidak lain adalah wayu yang diberikan kepadanya.</em>" (QS. Al-Najm: 3-4)</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Jika seseorang melakukan sebab syar'i
(doa ini) yang diajarkan Nabi, lalu tidak didapatkan manfaatnya, maka
itu bukan karena doanya yang ada cacat, salah atau tidak benar. Tetapi
karena adanya mawani' (penghalang) dari dikabulkannya doa tersebut.
Misalnya, membacakan surat Al-Fatihah atas orang sakit akan menjadi
obat. Namun ada orang yang membacanya, tapi tidak menyembuhkan. Maka itu
bukan karena al-Fatihahnya yang tidak mujarab, tapi karena adanya
mawani' antara sebab dan pengaruhnya. Misal lain, orang yang membaca doa
ketika akan berjima' maka syetan tidak akan bisa menimpakan gangguan
pada anak tersebut. Namun, ada orang yang sudah membacanya, tapi anaknya
tetap diganggu syetan. Maka hal itu bukan karena doanya tidak mujarab,
tapi karena adanya mawani' yang menghalangi terkabulnya manfaat. Maka
hendaknya orang tadi mengintrospeksi diri dan mencari tahu apa yang
menghalangi dari terkabulnya doa perlindungan yang dibacanya tersebut.
Mungkin, karena makanan yang tidak halal, banyaknya kemaksiatan yang
dikerjakan, atau mungkin masih ada durhaka kepada orang tua. Wallahu
Ta'ala A'lam. [PurWD/<a href="http://voa-islam.com/">voa-islam.com</a>]</span></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-62030028664386880172012-06-12T05:02:00.001-07:002012-06-12T05:02:54.223-07:00HUKUM MEMBANGUN DI ATAS KUBURAN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoIl9Ou-7bwC7OlhhYSgMbelVXmqqKa09kBv6eqyDOow0ux2I0y5_2eFST-tUs7DpBFhOf1_ReCXsi5RfDYA_jFO07aEHMiwUKmRnub5sK_lG_FsdKiLu9xY_airwgM3ZsjI5vJ3d1d1Q/s1600/KUBURAN.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoIl9Ou-7bwC7OlhhYSgMbelVXmqqKa09kBv6eqyDOow0ux2I0y5_2eFST-tUs7DpBFhOf1_ReCXsi5RfDYA_jFO07aEHMiwUKmRnub5sK_lG_FsdKiLu9xY_airwgM3ZsjI5vJ3d1d1Q/s400/KUBURAN.jpeg" width="400" /></a></div>
<span style="font-size: large;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Hukum membangun diatas kuburan terlarang sebagaimana dalam sebuah hadits dari sahabat Jabir bin Abdillah: </span></span><br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">نهى رسول الله أن يجصص القبر و أن يبنى عليه وأن يقعد عليه </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">"Rasulullah melarang kuburan dikapur (ditulis),dibangun diatasnya, dan diduduki". ( HR Muslim ).<a name='more'></a></span></i></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"> </span></i></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Siapa
saja yang memiliki ketaqwaan dan rasa takut kepada Allah manakala
membaca atau mendengar hadits diatas tentu langsung akan mengatakan
bahwa mengkijing, mendirikan bangunan diatas kuburan demikian juga
mendudukinya adalah DILARANG.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"> </span></span></div>
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Larangan pada hadits diatas bermakna haram bukan makruh hal ini karena
sebuah larangan pada asalnya menunjukan makna haram kecuali ada data
dari al-qur’an ataupun al-hadits yang memalingkan nya dari makna haram
ke makna makruh sebagaimana hal ini sangat diketahui oleh orang-orang
yang tahu sedikit saja ilmu ushul fiqih,sementara terkait hadits diatas
tidak ada yang memalingkan kepada makna makruh sehingga tetap bermakna
HARAM.</span></span><div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Janganlah
kita jadikan diamnya atau bahkan dukungan kalangan yang membolehkannya
sebagai barometer kebenaran, karena barometer kebenaran adalah Firman
Allah, dan Sabda Nabi Muhammad.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Sekarang
kita telah tahu hukum mendirikan bangunan diatas kuburan bahwa hal itu
HARAM, maka kita tidak boleh menoleh ke pendapat yang lain yang
menyelisihi nya karena aqibatnya berbahaya. Lihat ayat dibawah ini:</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">ومن
يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى و يتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما
تولى و نصله جهنم و سائت مصيرا
</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">"Siapa
yang menyelisihi Rasul setelah mengetahui kebenaran dan lebih memilih
mengikuti selain jalannya kaum mukminin ( Sahabat Nabi ) kami palingkan
dia kemana dia berpaling dan nanti kami masukan dia ke neraka dan neraka
itu seburuk-buruk tempat kembali" ( QS an-Nisa’: 115 )</span></i></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"> </span></i></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Imam Syafi’i berkata: </span><br /></span>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">أجمع المسلمون على أن من استبانت له سنة من رسول الله لا يحل له أن يدعها لقول أحد<i><br /></i>
</span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">"Kaum
muslimin sepakat bahwa siapa saja yang telah mengetahui sunnah (
petunjuk ) Rasul tidak halal meninggalkannya karena pendapat
seorangpun".</span></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Wallahu a’lam</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><a href="http://alkendali.blogspot.com/2012/02/hukum-mendirikan-bangunan-di-atas.html">http://alkendali.blogspot.com </a></span></span></div>
</div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-35077704546132811022012-05-20T05:23:00.002-07:002012-05-20T05:23:31.424-07:00KEMATIAN TAK PERNAH TAKUT KEPADA SIAPAPUN<div class="img-content">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-k1kIcu294uqsy-et3eKaSXdj9fnteihLyL3L41DXJbndsBsxpNZ0VTMfbrJZdd433p45VEm4AffHQNvFbznwRa2T6rBBYc2uekE87qPooXCf8O0K0yrB1GiCToZ7ltJ6H-YWdzkY0g4/s1600/kuburan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-k1kIcu294uqsy-et3eKaSXdj9fnteihLyL3L41DXJbndsBsxpNZ0VTMfbrJZdd433p45VEm4AffHQNvFbznwRa2T6rBBYc2uekE87qPooXCf8O0K0yrB1GiCToZ7ltJ6H-YWdzkY0g4/s400/kuburan.jpg" width="400" /></a></div>
<h2>
<span style="font-size: small;">(Oleh: Badrul Tamam)</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em> berfirman,</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.</em>" (QS. Ali Imran: 185)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Al-Imam Abu al-Fida Ibnu Katsir <em>rahimahullah </em>dalam
tafsirnya berkata, "Allah mengabarkan kepada seluruh makhluk-Nya,
tiap-tiap yang berjiwa pasti merasakan mati. Sebagaimana firman Allah
Ta'ala, " Semua yang ada di bumi itu akan binasa.Dan tetap kekal Wajah
Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." (QS, al-Rahman: 26-27)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Hanya Allah Ta'ala semata yang Maha
hidup, tak akan mati. Sedangkan jin, mereka akan mati. Begitu juga semua
Malaikat. Tidak tertinggal mereka para pemikul 'Arsy. Hanya Dia
Al-Wahid, Al-Ahad, al-Qahhar (Allah yang Maha Esa dan Perkasa) yang
kekal. Allah lah yang akhir, sebagaimana Dia adalah yang awal." </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Kematian merupakan tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em>.
Menunjukkan akan kekuasaan-Nya dalam menetapkan semua urusan. Tak ada
satu kekuatan di muka bumi ini yang mampu menghadapinya. Kematian tidak
pernah sungkan kepada siapapun. Dan tak takut kepada siapapun. Pasti
akan didatanginya. Direnggut nyawanya. Tak seorangpun yang bisa
mengelaknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">setiap kita tentu pernah berhadapan
dengan kematian, baik yang menimpa diri kita, kerabat kita, kawan-kawan
kita, atau manusia-manusia di sekitar kita. Seseorang yang cerdas, ia
sadar kematian juga akan menjemputnya. Kekayaan akan ditinggalkannya.
Istri dan anak-anak pasti akan berpisah dengannya. Rumah megah, mobil
mewah, dan tempat usaha yang dimiliki pasti pula akan dipisahkan darinya
oleh kematian. Hendaknya hal ini menyadarkan kita semua akan fananya
dunia. Akhirat pasti akan dimasuki, suka atau tidak. Maka hendaknya
setiap kita menyadari hakikat ini. lalu berbekal diri untuk perjalanan
sesudah mati.</span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Allah Ta'ala berfirman,</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.</em>" (QS. Al-Baqarah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dari Anas bin Malik <em>Radhiyallahu 'Anhu</em>, Rasulullah<em> Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> bersabda:</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>يَتْبَعُ
الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ
يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ
وَيَبْقَى عَمَلُهُ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Ada tiga hal yang mengikuti
(menghantarkan ke kuburan) mayyit: keluarga, harta, dan amalnya. Lalu
keluarga dan hartanya kembali ke rumah, sedangkan amalnya yang tetap
membersamainya.</em>" (Muttafaq 'Alaih)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Ingat, hanya amal shalih yang setia
menemani dalam kondisi sulit di alam kubur. Keluarga dan harta yang
menghantarkan ke kuburan akan pulang. Maka jangan sampai salah dalam
berbekal. Siapkan amal shalih agar menjadi sahabat baik di dalam kubur
saat orang-orang yang mengantarkan sudah kembali pulang dan
meninggalkannya sendirian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Sesungguhnya amal shalih saat masih
hidup itulah yang akan benar-benar memberikan manfaat kepada mayit. Maka
hendaknya, saat masih sehat dan punya banyak harta ia menyedekahkan
hartanya. Jika tidak, maka ia akan menyesal. Sebab harta tersebut tidak
memberikan manfaat untuknya saat semua orang berlepas diri darinya.
Sebaliknya, harta tersebut menjadi rebutan ahli warisnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Demikian pula keluarga. Kesedihan dan
duka mereka tidak menambah kebaikan untuknya. Kecuali mereka yang shalih
yang mau memintakan ampun dan mendoakan untuk si mayit. Oleh karenanya,
para orang tua serius mendidik dan membina keluarganya dengan baik
sesuai ajaran Islam.</span></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Semoga kita menjadi manusia cerdas.
Selalu ingat sebuah kepastian. Yakni kematian. Tidak bisa tidak, kita
pasti menemuinya. Sehingga terus menyiapkan bekal dengan iman dan amal
shalih. Janganlah gemerlapnya dunia melalaikan kita dari kepastian ini.
Jangan pula setan sang penipu memperdaya kita dari kehidupan akhirat. "<em>Sesungguhnya
janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia
memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu
dalam (menaati) Allah.</em>" (QS. Luqman: 33)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Mewahnya kuburan tidaklah memberikan
jaminan keselamatan. Tidak pula mendatangkan kebahagiaan. Jangan
buang-buang harta dan menyia-nyiakannya dengan habiskan miliaran untuk
sebuah kuburan. Keselamatan dan kebahagiaan di sana ditentukan oleh iman
dan amal shalihnya. Wallahu Ta'ala A'lam. </span></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-20815197001665615322012-05-15T23:26:00.002-07:002012-05-15T23:26:43.316-07:00DO'A SAAT DITIMPA MUSIBAH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho5ABuTrx1eJrbo0V473BLF1MFr5td-LCn7MbE5mIFIr6itoFoRwHwmIpCobNd9H9tIlH2fY6l-PVssxLP9mqmPWxgs6o3OQ1x1VO7KQUtqehYoqgXyCd7zAZYsJz1zHSZMS8Qb9aDhhE/s1600/MUSIBAH.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho5ABuTrx1eJrbo0V473BLF1MFr5td-LCn7MbE5mIFIr6itoFoRwHwmIpCobNd9H9tIlH2fY6l-PVssxLP9mqmPWxgs6o3OQ1x1VO7KQUtqehYoqgXyCd7zAZYsJz1zHSZMS8Qb9aDhhE/s400/MUSIBAH.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="img-content">
(Oleh: Badrul Tamam)</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا</span></div>
<div align="center">
<span style="font-size: large;"><span><em>Innaa Lillaahi Wainnaa Ilaihi Raaji'uun, Allaahumma'jurnii Fii Musiibatii Waahliflii Khairan Minha</em></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">"Sesungguhnya kita ini milik Allah dan
sungguh hanya kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala
dalam musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya."</span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="font-size: large;"><strong>Sebagian ulama membaca:</strong></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span>إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اَللَّهُمَّ آجِرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأخْلُفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا</span></span></div>
<div align="center">
<span style="font-size: large;"><span><em>Innaa Lillaahi Wainnaa Ilaihi Raaji'uun, Allaahumma Aajirnii Fii Musiibatii Wahluflii Khairan Minha</em></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">"Sesungguhnya kita ini milik Allah dan
sungguh hanya kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala
dalam musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya."</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="font-size: large;"><strong>Sebagian lainnya lagi membaca: </strong></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span>إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ آجِرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا</span></span></div>
<div align="center">
<span style="font-size: large;"><span><em>Innaa Lillaahi Wainnaa Ilaihi Raaji'uun, Allaahumma Aajirnii Fii Musiibatii Waahliflii Khairan Minha</em></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">"Sesungguhnya kita ini milik Allah dan
sungguh hanya kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala
dalam musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya."</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="font-size: large;"><strong>Sumber Doa</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Dari Ummu Salamah <em>Radhiyallahu 'Anha</em>, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> bersabda:</span><br />
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>مَا مِنْ
عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا
مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا
مِنْهَا قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا
مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Tak seorang hamba (muslim) tertimpa
musibah lalu ia berdoa: 'Sesungguhnya kita ini milik Allah dan sungguh
hanya kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam
musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya.' Ummu
Salamah berkata: Saat Abu Salamah wafat, aku berdoa sebagaimana yang
diperintahkan Rasulullah kepadaku, lalu Allah memberi ganti untukku yang
lebih baik darinya, yakni Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.</em>" (Muttafaq 'Alaih)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: large;"><strong>Keterangan</strong></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Setiap kita pasti pernah atau akan
mendapatkan musibah. Karena musibah bagian dari ujian dalam kehidupan
dunia. Tidak boleh tidak harus dijalani manusia. Salah satu bentuknya
adalah kematian atau kehilangan harta benda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Allah Ta'ala berfirman,</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu
dikembalikan.</em>" (QS. Al-Anbiya': 35)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Al-Imam Abu al-Fida' Ibnu Katsir <em>rahimahullah </em>dalam menafsirkan firman Allah Ta'ala, "<em>Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.</em>"
(QS. Ali Imran: 185) berkata: "Allah mengabarkan kepada seluruh
makhluk-Nya, tiap-tiap yang berjiwa pasti merasakan mati. Sebagaimana
firman Allah Ta'ala, "<em>Semua yang ada di bumi itu akan binasa.Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.</em>" (QS, al-Rahman: 26-27)<em> </em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Hanya Allah Ta'ala semata yang Maha
hidup, tak akan mati. Sedangkan jin, mereka akan mati. Begitu juga semua
Malaikat. Tidak tertinggal mereka para pemikul 'Arsy. Hanya Dia
Al-Wahid, Al-Ahad, Al-Qahhar (Allah yang Maha Esa dan Perkasa) yang
kekal. Allah lah yang akhir, sebagaimana Dia adalah yang awal." </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Tentang "<em>Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)</em>"
beliau berkata: "Kami uji kalian dengan musibah sekali waktu, dan pada
saat yang lain dengan nikmat. Untuk kami melihat siapa yang syukur dan
siapa yang kufur, siapa yang sabar dan siapa yang berputus asa."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Syaikh Sa'di dalam tafsirnya berkata,
"Akan tetapi Allah Ta'ala mengadakan hamba-hamba-Nya di dunia,
memerintahkan dan melarang mereka, menguji mereka dengan kebaikan dan
keburukan, kaya dan miskin, kemuliaan dan kehinaan, kehidupan dan
kematian (semua itu) sebagai fitnah (cobaan) dari Allah Ta'ala untuk Dia
menguji mereka siapa di antara mereka yang paling baik amalnya?."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Ujian musibah diberikan kepada hamba
beriman untuk kebaikan mereka. Di antaranya untuk menghapuskan dosa-dosa
mereka, mengajaknya bersabar sehingga diberi pahala berlipat, dan
dengan musibah tersebut seorang hamba mukmin akan semakin tunduk dan
taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta'ala.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dari Shuhaib bin Sinan <em>Radhiyallahu 'Anhu</em>, Rasulullah<em> Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> bersabda:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>عَجَبًا
لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ
إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ</span><strong> </strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Sungguh menakjubkan urusan seorang
mukmin. Sesungguhnya semau urusannya adalah baik. Hal itu tidak dimiliki
kecuali oleh orang mukmin. Jika ia mendapat kenikmatan ia bersyukur,
maka itu baik untuknya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu
juga baik untuknya.</em>" (HR. Muslim)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Maka saat tertimpa musibah dengan
kematian orang tua, anak, atau saudaranya, atau hilang hartanya maka
hendaknya seseorang menyadari bahwa semua ini terjadi dengan izin Allah;
takdir dan kehendak-Nya. sebagaimana firman Allah Ta'ala, "<em>Tidak
ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.</em>" (QS. Al-Thaghabun: 11)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Ibnu Katsir <em>rahimahullah</em>
menjelaskan tentang maksud ayat di atas, "Siapa yang ditimpa musibah
lalu ia tahu bahwa itu terjadi dengan qadha dan qadar Allah, kemudian ia
sabar, berharap pahala, dan pasrah menerima qadha' Allah; niscaya Allah
memberikan hidayah pada hatinya, mengganti dunia yang hilang darinya
dengan hidayah di hatinya, yakin dan percaya, dan bisa jadi Allah
memberi ganti yang sepadan atau lebih baik daripada yang sudah diambil
oleh-Nya."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Semua maksud yang disebutkan Ibnu Katsir ini terdapat dalam doa di atas. Doa penuh berkah yang diajarkan oleh Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> sebagai implementasi ayat di atas. Manfaat dan keberkahannya telah dibuktikan oleh Ummul mukminin, Ummu Salamah <em>Radhiyallahu 'Anha</em>.
Yakni saat suami tercintanya, Abu Salamah meningga. Ia sangat
kehilangan. Karena Abu Salamah adalah suami yang sangat baik kepadanya.
Lalu beliau berdoa dengan doa yang telah diajarkan Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> di atas sambil ia bertanya-tanya, "Adakah laki-laki yang lebih baik dari Abu Salamah?" Setelah berlalu masa 'iddahnya, Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> datang kepadanya untuk melamarnya. Maka saat itu dia sangat yakin dengan kedahsyatan doa di atas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Ummu Salamah <em>Radhiyallahu 'Anha </em>berkata: "Saat Abu Salamah wafat, aku berdoa sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah<em> </em>kepadaku, lalu Allah memberi ganti untukku yang lebih baik darinya, yakni Rasulullah<em> Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>." Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/<a href="http://www.voa-islam.com/islamia/doa/2012/05/11/19070/doa-saat-ditimpa-musibah/">voa-islam</a>]</span></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-50104811910586291952012-04-27T02:44:00.002-07:002012-04-27T02:44:39.514-07:00DO'A DI SAAT KAU GALAU<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzMBNf7TOu8rRY4q33VpBW_tZoBlxJP8tziPjgzQ6DrTQzxmI01gbWMmKdexI5bZ34YipmtNiyN_ZmO1Xe9YXU6A24V7lQyNNICgiXaQpKGsQOBTXZCqdIDFBqTpFo0_joA5n_b-MNDMk/s1600/GALAU.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzMBNf7TOu8rRY4q33VpBW_tZoBlxJP8tziPjgzQ6DrTQzxmI01gbWMmKdexI5bZ34YipmtNiyN_ZmO1Xe9YXU6A24V7lQyNNICgiXaQpKGsQOBTXZCqdIDFBqTpFo0_joA5n_b-MNDMk/s400/GALAU.jpeg" width="400" /></a></div>
<h2>
<span style="font-size: large;">Saat Galau, Bacalah Doa Ini Semoga Tenang dan Gembira</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Oleh: Badrul Tamam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Istilah galau sedang <em>ngetren</em>.
Banyak dipakai dan digunakan, khususnya dikalangan ABG (remaja dan
pelajar). Ada istilah SMS Galau, Status Galau, Pesan galau, kata-kata
galau dan semisalnya. Intinya, menggambarkan kondisi perasaan atau
pikiran yang tidak enak. Perasaan tidak menentu. Rasanya ada yang
kurang. Ada yang tidak beres. Tidak jelas apa sebabnya.</span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Kalau menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi IV (2008) halaman 407, dikatakan “galau” itu berarti
kacau (tentang pikiran); “bergalau” berarti (salah satu artinya) kacau
tidak keruan (pikiran); dan “kegalauan” berarti sifat (keadaan hal)
galau. Jika merujuk ke definisi ini, keadaan galau adalah saat pikiran
sedang kacau tak keruan. Orang yang tengah galau pikirannya sedang
kacau.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Hampir setiap orang pernah mengalami
galau. Karena tabiat manusia sering berdosa. Dan dosa menjadi sesuatu
yang tak bisa lepas dalam kehidupan manusia. berdosa juga menjadi tanda
akan insaniyahnya. Karena setiap manusia pastilah berdosa sehingga dia
harus menunduk dan merendahkan diri bertaubat dan memohon ampunan kepada
Tuhannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Berikut ini ini penawar yang diajarkan Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>
saat galau datang, kesedihan hinggap, perasaan tak menentu menyerang.
Sangat mujarab dan ampuh dosa ini sebagaimana yang dikabarkan Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>, "<em>melainkan Allah akan menghilangkan kesedihan dan kegelisahan (kegundahan)-nya serta menggantikannya dengan kegembiraan</em>."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">__________________</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">__________________</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span>اللَّهُمَّ
إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ
مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ
هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ
عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ
الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ
صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku
adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu.
Ubun-ubunku berada di tangan-Mu. Hukum-Mu berlaku pada diriku.
Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama
yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau
Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seorang
dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada
di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku,
cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi
kegelisahanku."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">________________</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">________________</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Doa di atas didasarkan pada hadits dari Abdullah bin Mas'ud <em>radliyallah 'anhu</em>, Rasulullah <em>shallallahu 'alaihi wasallam </em>bersabda, "<em>Tidaklah
seseorang tertimpa kegundahan (galau) dan kesedihan lalu berdoa (dengan
doa di atas) . . . melainkan Allah akan menghilangkan kesedihan dan
kegelisahan (kegundahan)-nya serta menggantikannya dengan kegembiraan. </em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Ibnu Mas'ud berkata, "Ada yang bertanya, '<em>Ya Rasulallah, bolehkah kita mempelajarinya?</em>' Beliau menjawab, '<em>Ya, sudah sepatutnya orang yang mendengarnya untuk mempelajarinya'.</em>"
(HR. Ahmad dalam Musnadnya I/391, 452, Al-Hakim dalam Mustadraknya
I/509, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya VII/47, Ibnu Hibban dalam
Shahihnya no. 2372, Al-Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir no. 10198 –dari
Maktabah Syamilah-. Hadits ini telah dishahihkan oleh Ibnu Taimiyah dan
muridnya Ibnul Qayyim, keduanya banyak menyebutkannya dalam kitab-kitab
mereka. Juga dihasankan oleh Al-Hafidz dalam Takhriij Al-Adzkaar dan
dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Kalim al Thayyib hal. 119 no. 124
dan Silsilah Shahihah no. 199.)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>Apabila yang Berdoa Seorang Wanita</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Bentuk lafadz doa di atas untuk <em>mudzakar </em>(laki-laki), <em>Ana 'Abduka</em> (aku hamba laki-laki-Mu), <em>Ibnu 'Abdika Wabnu Amatik</em>
(anak laki-laki dari hamba-laki-laki-Mu dan anak laki-laki dari hamba
perempuan-Mu). Kalau yang berdoa adalah laki-laki tentunya lafadz
tersebut tepat dan tidak menjadi persoalan. Namun, bila yang berdoa
seorang muslimah, apakah dia harus mengganti lafadz di atas dengan
bentuk <em>mu'annats</em> (untuk perempuan), yaitu dengan <strong><em>Allaahumma Inni Amatuk, Ibnatu 'Abdika, Ibnatu Amatik</em></strong> (Ya Allah aku adalah hamba wanita-Mu, anak perempuan dari hamba laki-laki-Mu dan anak perempuan dari hamba perempuan-Mu)?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah <em>rahimahullah </em>pernah
ditanya tentang seorang wanita yang mendengar doa di atas, tapi dia
tetap berpegang dengan lafadz hadits. Lalu ada yang berkata padanya,
ucapkan, "<strong><em>Allahumma Inni Amatuk . . . .</em></strong>" namun dia menolak dan tetap memilih lafadz dalam hadits, apakah dia dalam posisi yang benar ataukah tidak?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Kemudian beliau menjawab, "Selayaknya dia mengucapkan dalam doanya, "<strong><em>Allahumma Inni Amatuk, bintu amatik . . .</em></strong>" dan ini adalah yang lebih baik dan tepat, walaupun ucapannya, <strong><em>'Abduka, ibnu 'abdika</em></strong>
memiliki pembenar dalam bahasa Arab seperti lafadz zauj (pasangan; bisa
digunakan untuk suami atau istri-pent), wallahu a'lam." (Majmu' Fatawa
Syaikhil Islam Ibnu Taimiyah: 22/488)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Syaikh Abdul 'Aziz bin Baaz <em>rahimahullah</em> pernah juga ditanya tentang cara berdoanya seorang wanita dengan doa tersebut. Apakah wanita itu tetap mengucapkan, "<strong><em>wa ana 'abduka wabnu 'abdika</em></strong>" (dan saya adalah hamba laki-laki-Mu dan anak laki-laki dari hamba laki-laki-Mu) ataukah harus mengganti dengan, "<strong><em>Wa ana amatuk, ibnu 'andika atau bintu 'abdika</em></strong>"?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Beliau <em>rahimahullah</em> menjawab,
"Persoalan ini luas Insya Allah, Persoalan dalam masalah ini luas.
Apabila wanita itu berdoa sesuai dengan hadits, tidak apa-apa. Dan jika
berdoa dengan bentuk yang ma'ruf bagi wanita, <strong><em>Allahumma innii amatuk, wabnutu 'abdika</em></strong>, juga tidak apa-apa, semuanya baik." <a href="http://%28www.binbaz.org.sa%29/">(www.binbaz.org.sa)</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>Kandungan Doa</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Doa di atas mengandung persoalan-persoalan pokok dalam akidah Islam di antaranya:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>1. </strong>Rasa galau, gundah dan sedih yang menimpa seseorang akan menjadi kafarah (penghapus dari dosanya) berdasarkan hadits Mu'awiyah <em>radliyallah 'anhu,</em> Rasulullah <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> sabda,</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ فِي جَسَدِهِ يُؤْذِيهِ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ عَنْهُ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Tidak ada sesuatu yang menimpa
seorang mukmin pada tubuhnya sehingga membuatnya sakit kecuali Allah
akan menghapuskan dosa-dosanya.</em>" (HR. Ahmad 4/98, Al-Hakim 1/347
dan beliau menyatakan shahih sesuai syarat Syaikhain. Imam al-Dzahabi
menyepakatinya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-Shahihah
5/344, no. 2274)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah <em>radhiyallahu ‘anhuma</em>, dari Nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em>, beliau bersabda:</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>مَا
يُصِيبُ الْمُسْلمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ
وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ
اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Tidaklah menimpa seorang muslim
kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun
duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya
dosa-dosanya.</em>” (Muttafaqun alaih)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin <em>rahimahullahu</em> berkata dalam <strong><em>Syarh Riyadhish Shalihin</em></strong>
(1/94): “Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau
berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun
duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em>
akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan
dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan
daun-daunnya. Ini merupakan nikmat Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em>. Sehingga, bila musibah itu terjadi dan orang yang tertimpa musibah itu:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">a. Dia mengingat pahala dan
mengharapkannya, maka dia akan mendapatkan dua balasan, yaitu menghapus
dosa dan tambahan kebaikan (sabar dan ridha terhadap musibah).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">b. Dia lupa (akan janji Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em>), maka akan sesaklah dadanya sekaligus menjadikannya lupa terhadap niat mendapatkan pahala dari Allah Ta’ala.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dari penjelasan ini, ada dua pilihan
bagi seseorang yang tertimpa musibah: beruntung dengan mendapatkan
penghapus dosa dan tambahan kebaikan, atau merugi, tidak mendapatkan
kebaikan bahkan mendapatkan murka Allah Ta’ala karena dia marah dan
tidak sabar atas taqdir tersebut.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>2.</strong> Kedudukan ubudiyah
merupakan tingkatan iman tertinggi. Karenanya, seorang muslim wajib
menjadi hamba Allah semata dan senantiasa beribadah kepada-Nya, Dzat
yang tidak memiliki sekutu. Hal ini ditunjukkan lafadz, <strong><em>Inni 'Abduka Wabnu 'Abdika Wabnu Amatik</em></strong> (Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>3.</strong> Semua urusan hamba berada di tangan Allah yang diarahkan sekehandak-Nya. Dan <em>masyi'ah</em> (kehendak) hamba mengikuti kehendak Allah. hal ini ditunjukkan oleh lafadz, <strong><em>Naashiyatii biyadik</em></strong> (Ubun-ubunku berada di tangan-Mu).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>4.</strong> Allah yang berhak
mengadili dan memutuskan perkara hamba-hamba-Nya dalam perselisihan di
antara mereka. Hal ini ditunjukkan oleh lafadz, <strong><em>'Adlun fiyya qadla-uka </em></strong>(Ketetapan-Mu adil atas diriku). Allah Ta'ala berfirman,</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Keputusan itu hanyalah kepunyaan
Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia.
Itulah agama yang lurus, . .</em>" (QS. Yuusuf: 40)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>5.</strong> Ketetapan takdir-Nya
adil dan baik bagi seorang muslim. Jika dia mendapat kebaikan,
bersyukur, dan itu baik baginya. Sebaliknya, bila tertimpa keburukan
(musibah atau bencana) dia bersabar, dan itupun baik baginya. Semua
perkara orang mukmin itu baik, dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh
ornag beriman. (HR. Muslim)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>6.</strong> Anjuran untuk
bertawassul dengan Asmaul Husna (Nama-nama Allah yang Mahaindah) dan
sifat-sifatnya yang Mahatinggi. Allah perintahkan sendiri bertawassul
dengannya dalam firman-Nya,</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna itu . </em>." (QS. Al-A'raaf: 180)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>7.</strong> Nama-nama Allah dan sifat-sifatnya adalah <em>tauqifiyyah </em>yang
tidak diketahui kecuali melalui wahyu. Allah sendiri yang menamakan
diri-Nya dengan nama-nama tersebut dan mengajarkannya kepada para
hamba-Nya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>8.</strong> Nama-nama Allah tidak terbatas pada 99 nama. Hal ini ditunjukkan oleh lafadz, <strong><em>awis ta'tsarta bihii fii 'ilmil ghaibi 'indaka</em></strong> (atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Sedangkan hadits yang menerangkan jumlah nama Allah ada 99,</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span>إنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"<em>Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menghafalnya pasti masuk surga.</em>"
(HR. Bukhari dan Muslim) Menurut imam al-Khathabi dan lainnya, maknanya
adalah seperti orang yang mengatakan "Saya memiliki 1000 dirham yang
kusiapkan untuk sedekah," yang bukan berarti uangnya hanya 1000 dirham
itu saja. (Majmu' Fatawa: 5/217)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>9.</strong> Al-Qur'an memberi
petunjuk kepada jalan yang paling lurus. Keberadaannya laksana musim
semi bagi hati orang mukmin, memberi kenyamanan pada hatinya, menjadi
cahaya bagi dadanya, sebagai pelipur kesedihannya, dan penghilang bagi
kesusahannya. Hal ini menunjukkan kedudukan Al-Qur'an yang sangat tinggi
dalam kehidupan manusia, baik individu, masyarakat, atau suatu umat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>10.</strong> Siapa yang datang
kepada Allah pasti Allah akan mencukupkannya, siapa yang menghaturkan
kefakirannya kepada Allah, Dia pasti mengayakannya. Siapa yang meminta
kepada-Nya, pasti Dia akan memberinya. Hal ini ditunjukkan lafadz
hadits, "Melainkan Allah akan menghilangkan kesedihan dan kesusahannya
serta menggantikannya dengan kegembiraan."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><strong>11.</strong> Wajib mempelajari
Al-Sunnah dan mengamalkan serta mendakwahkannya. Sesungguhnya Sunnah
memuat petunjuk kehidupan manusia secara keseluruhan. Hal ini
ditunjukkan oleh kalimat di ujung hadits, "Ya, sudah sepatutnya orang
yang mendengarnya untuk mempelajarinya." Wallahu a'lam bil Shawab.
[PurWD/voa-islam.com]</span></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-22473627754110630582012-04-22T21:57:00.002-07:002012-04-22T21:57:58.690-07:00MELAWAN JANJI SETAN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu5KIhRU3d846dShVmDK-oGKHqSXHngnSQub9YZgRrACVy1s_iaQvjV6SMYAfEFAJcaeHKMapxbH37kJ3qinknn2ZEhXwxfeco5BBShxVXs2n5arXjPhFAYd2s9DuwEytl4BQjbZ7rcmQ/s1600/dark-sky.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="271" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu5KIhRU3d846dShVmDK-oGKHqSXHngnSQub9YZgRrACVy1s_iaQvjV6SMYAfEFAJcaeHKMapxbH37kJ3qinknn2ZEhXwxfeco5BBShxVXs2n5arXjPhFAYd2s9DuwEytl4BQjbZ7rcmQ/s400/dark-sky.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="color: black; font: bold large Verdana;">Melawan Janji Setan Dengan Kerja Keras dan Istigfar… </span>
<br />
<form id="form2" method="post" name="form2">
<table align="left" border="0" cellpadding="1" cellspacing="0" hspace="4" vspace="4">
<tbody>
<tr>
<td><span style="font-size: large;"><br /></span> </td>
<td><br /></td></tr>
<tr><td height="2" valign="top"><span style="font-size: large;"><br /></span></td></tr>
<tr><td height="2" valign="top"><span style="font-size: large;"><br /></span></td></tr>
<tr><td height="5" valign="top"><span style="font-size: large;"><br /></span></td></tr>
</tbody></table>
</form>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;">(Oleh: <strong>Muhaimin Iqbal )<br /></strong><em>INTERGOVERNMENTAL Panel on Climate Control </em>(IPCC)
lima tahun lalu (2007) memprediksi bahwa suhu permukaan bumi akan naik
minimal 1.1 0 C dan maksimal 6.4 0 C pada abad ini.</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> Masih menurut
institusi ini global warming akan berdampak pada semakin banyaknya
banjir karena permukaan air laut yang naik, berkurangnya suplai air
bersih, meningkatnya malnutrition, memburuknya tingkat kesehatan sampai
juga meurunkan kemampuan berproduksi dari bangsa-bangsa di dunia.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;">
<em>Institusi lain World Bank </em>(Bank Dunia) mengabarkan bahwa
saat ini ada sekitar 1.1 Milyar orang di seluruh dunia yang hidup
dibawah garis kemiskinan absolut dengan daya beli kurang dari US$ 1 per
hari. Institusi yang sama juga mengungkapkan bahwa saat ini ada sekitar
923 juta orang dari seluruh dunia kekurangan gizi.<br />
Saat ini juga diperkirakan tidak kurang dari 1 Milyar penduduk dunia
tidak memiliki akses kesehatan. Karenanya dari 56 juta kematian per
tahun di dunia-2/3 diantaranya oleh sebab penyakit yang tidak
tertangani.<br />
Masih banyak krisis-krisis lain seperti energi, finansial, keamanan,
kemanusiaan dlsb. yang semua mengarah pada kehidupan yang semakin sulit
dan bumi terasa semakin sempit untuk ditinggali. Kondisi ini seolah
terwakili dalam judul buku <em>Hot, Flat and Crowded (</em>2008) yang ditulis oleh penulis kondang Thomas L. Friedmen .<br />
Gambaran tentang kesulitan dan kesempitan hidup di dunia ini memang
benar adanya, penyebabnya-pun jelas yaitu dari kerusakan-kerusakan yang
diciptakan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri. Bahkan kondisi ini
juga telah diberitahukan ke kita sejak 1,400 tahun lebih dalam firmanNya
:<br /><br /> <span>ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ
الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ</span><br />
<em>“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).”</em> (QS ar-Rum [30] :41)<br /><br />Fakta bisa sama tetapi
sikap bisa berbeda. Bagi orang-orang yang tidak beriman, fakta krisis
pangan, krisis energi dlsb. menjadikannya jalan menghalalkan segala
cara untuk mengamankan pasokan pangan dan energy untuk kepentingannya
sendiri. Mereka bisa mencurangi, mengadu domba, memerangi sampai juga
menjajah negeri-negeri yang berpotensi untuk dijadikan penyuplai
kebutuhan pangan dan energi-nya.<br />
Orang-orang beriman juga melihat fakta yang sama, tetapi langkah yang
dilakukannya yang akan berbeda. Sebagaimana ayat di atas, mereka akan
‘kembali ke jalan yang benar’. Mereka akan bekerja keras untuk
memperbaiki kerusakan yang ada, menyuburkan kembali lahan-lahan yang
rusak, menghijaukan kembali hutan-hutan yang gundul, membersihkan
kembali air-air yang tercemar dst.<br />
Bila pada umumnya orang melihat dunia menuju satu arah yaitu semakin
rusak, semakin sempit, semakin kompetitif, semakin miskin dan
seterusnya, maka memang inilah yang dikehendaki setan – supaya manusia
menghalalkan segala cara agar untuk menghindari kemiskinan ini.<br />
<span>الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ
وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاء وَاللّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ
وَفَضْلاً وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ</span><br />
<em>“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan
untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”</em> (QS al-Baqarah [2] :268).<br />
Janji-janji setan inilah yang antara lain juga membuat kampanye
program Keluarga Berencana sukses, karena orang mudah untuk dibuat takut
miskin – takut tidak bisa menyekolahkan anak, dlsb.<br />
Lantas dengan demikian apakah pemerintahan suatu negeri seharusnya
membiarkan saja jumlah penduduk meledak tanpa kendali? Fokus programnya
yang harus dirubah, bukan jumlah penduduknya yang ditekan – karena
setelah ditekan selama sperempat abad lebih-pun penduduk miskin kita
juga terus bertambah.<br />
Tetapi sumber-sumber kemakmurannya yang harus terus digali. Bila
Allah berjanji “…dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka…” (QS 6
: 151), maka Dia pasti penuhi janjiNya, sumber-sumber rezeki itu akan
tersedia cukup untuk kita, anak-anak kita bahkan sampai cucu cucu kita
kelak sampai akhir jaman.<br /><br />Syaratnya adalah kita tidak terus
berbuat “…kerusakan di darat dan di laut…” dan kita mulai menjalankan
fungsi kita diciptakan di muka bumi, yaitu “…menjadi pemakmurnya…”. Jadi
jalan untuk memakmurkan bumi ini yang harus menjadi fokus utama –
karena itulah kita diciptakan, bukan sebaliknya untuk mengerem
pertumbuhan penghuninya.<br /><br />Bapak saya adalah Kiai di peasntren
kecil di desa, beliau juga petani kecil yang nyaris tanpa lahan yang
berarti. Tetapi beliau memiliki anak 11 (12 meninggal 1 sewaktu bayi),
kok cukup ya untuk membesarkan ke 11 anaknya?<br /><br />Kebanyakan orang
akan berfikir, oh itu dahulu, ketika dunia belum se kompetitif sekarang,
ketika produksi lahan-lahan pertanian masih tinggi, ketika anak-anak
cepat bisa mandiri bahkan sejak mereka di bangku kuliah. Sekarang
masanya lain, kompetisi untuk sekolah, lapangan kerja dlsb menjadi
semakin berat, beban biaya hidup semakin mahal dlsb sehingga tidak
terbayang bisa punya anak 11?<br /><br />Allah punya cara tersendiri untuk
mengendalikan jumlah penduduk di muka bumi ini, ada yang diberi satu
anak, dua anak dan ada yang diberi 11, 13 dan bahkan konon ada yang 16.
Tetapi semuanya di cukupiNya, bila kita mengikuti perintahNya untuk
memakmurkan bumi.<br /><br />Persaingan untuk memperoleh sekolah yang baik?
Siapa bilang konsep sekolah harus berebut bangku di sekolah-sekolah yang
baik nan mahal? Sekolah bisa kita buat sendiri dengan cara yang lebih
murah dan insyaallah lebih baik membekali anak-anak dengan keimanan dan
kemandiriannya.<br /><br />Siapa bilang anak-anak harus berkompetisi mencari
lapangan pekerjaan? Dengan teknologi yang ada di jaman ini, mestinya
akan lebih mudah mencari atau bahkan menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri.<br /><br />Siapa bilang juga produksi lahan-lahan pertanian akan
terus menyusut? Bila dengan karuniaNya dan petunjukNya kita bisa melipat
gandakan hasil dari setiap jengkal lahan yang ada!<br /><br />Bila setelah
bekerja keras untuk memakmurkan bumi ini kemiskinan masih juga membayang
di depan mata kita, Allah-pun memberikan solusinya…yaitu
banyak-banyaklah kita beristigfar. Solusi istigfar ini setidaknya saya
temukan di dua surat yang berbeda, dengan yang berbeda – tetapi pesan
yang disampaikannya mirip satu sama lain:<br />
<br /><span>وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ
ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ
مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنِّيَ
أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِي</span><br />
<em>“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat
kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada
waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang
yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya…” </em>(QS Hud [11] :3)<br /><br /><em>“Maka
aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai.’” </em>(QS 71 : 10-12)<br /><br />Jadi agar kita tidak
terjebak dengan kampanye dan janji-janji setan yang memiskinkan,
nampaknya memang kita harus bekerja keras dan terus beristigfar.*<br />
<em>Penulis Direktur Gerai Dinar, kolumnis <a href="http://hidayatullah.com/">hidayatullah.com</a></em><br />
</span>
<span style="font-size: large;"><br />Red: Cholis Akbar</span>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-58731595981994328112012-04-22T21:50:00.000-07:002012-04-22T21:50:05.900-07:00JANJIKU PADAMU......<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMO4V6D5T_lWLx9dCYaKUaliFThFbciKsmo655SMJsMFyi7fl7hyphenhyphenDBrsKhlZrkeByMbIxOOz2B7y1iGBaGlGHs3CnGErf45EWV__vsJe-wqOjhXTM6F-FFJdbnqKIPaijKXjkM0hoW7dg/s1600/JANJI.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMO4V6D5T_lWLx9dCYaKUaliFThFbciKsmo655SMJsMFyi7fl7hyphenhyphenDBrsKhlZrkeByMbIxOOz2B7y1iGBaGlGHs3CnGErf45EWV__vsJe-wqOjhXTM6F-FFJdbnqKIPaijKXjkM0hoW7dg/s400/JANJI.jpg" width="400" /></a></div>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}">
<span style="font-size: large;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span dir="rtl">Memenuhi Janji<br /> وَالَّذِيْنَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ<br /> “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan memenuhi janjinya.” (QS Al-Mu`minun : 8<a name='more'></a>)<br /> وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُوْلاً<br /> “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra`: 34)<br /><span class="text_exposed_show">
"Janji" merupakan kata yang sering diucapkan manusia, namun sekaligus
menjadi sesuatu yang sering dilanggarnya sendiri. "Janji" kepada Allah
ingin beribadah maksimal misalnya, janji kepada orang lain untuk
memberikan sesuatu, atau janji kepada diri sendiri untuk melakukan
sesuatu yang baik.<br /> Karena itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam mengingatkan kepada para orang tuja apabila berjanji kepada
anak, maka tunaikan janji itu. Sebab sang anak tidak tahu bahwa yang
memberi rezki itu ya dari orang tuanya. Apalagi bila sudah berjanji.<br />
Seberapa kecilnya kita pernah berjanji, maka seyogyanya mesti kita
tunaikan meskipun dengan resiko sebesar-besarnya. Karena memenuhi janji
merupakan karakteristik keimanan seseorang. Manakala cacat dalam
memenuhi janji, padahal sanggup untuk menunaikannya, maka cacat pulalahj
imannya. Sebaliknya manakala telah menunaikan janjinya, yang dianggap
sepele sekalipun, maka telah utuhlah kadar imannya.<br /> Firman Allah :<br /> وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلاَ تَنْقُضُوا اْلأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيْدِهَا …<br />
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya….”
(QS An-Nahl : 91).<br /> Mari kita introspeksi apa yang pernah kita
janjikan kepada yang lain, dengan mohon bantuan Allah kita penuhi janji
itu. Bila janji dengan Allah meleset, ya minta ampun kepada-Nya, seraya
memperbanyak istighfar, dan minta diberi hidayah untuk memenuhi janji
itu. Apabila janji kepada sesama manusia meleset dari rencana, maka
mintalah maafnya, ridhanya, dan ikhlasnya. Seraya meminta kelapangan
waktu untuk berupaya memenuhinya suatu saat.<br /> Sebab, kalau terus
berkutat dengan janji-janji yang tidak ada upaya sedikitpun untuk
memenuhinya. Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memperingatkan
dengan tegas:<br /> آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ<br />
“Tanda-tanda munafik ada tiga; apabila berbicara dusta, apabila
berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya khianat.” (HR. Muslim dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).<br /> Dengan memenuhi janji, bertambah
banyak pahalanya, bertambah barokah yang dimilikinya, serta bertambah
kadar imannya. Di sinipun kami memohon kata maaf apabila mungkin ada
janji yang belum kami tunaikan karena keterbatasan atau kelalaian kami.
Tolong ingatkan kami juga. Astaghfirullahal 'adzim</span></span></span></span></h6>
<h6 class="uiStreamMessage uiStreamHeadline" data-ft="{"tn":":"}">
<span style="font-size: large;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span dir="rtl"><span class="text_exposed_show"></span></span></span><a data-ft="{"tn":";"}" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000336336743" href="http://www.facebook.com/profile.php?id=100000336336743" id="js_0">Ali Farkhan Tsani</a></span></h6>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-10619291640204845492012-04-21T23:12:00.001-07:002012-04-21T23:12:21.212-07:0013 PENAWAR RACUN KEMAKSIATAN<header class="entry-header">
<div class="entry-content">
<span style="font-size: large;"><a href="http://muslimahzone.com/13-penawar-racun-kemaksiatan/" rel="bookmark" title="1:46 pm"><time class="entry-date" datetime="2012-04-21T13:46:08+00:00" pubdate=""></time></a><span class="by-author"><span class="sep"></span><span class="author vcard"></span></span></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOp4_c3sT0l75W6j-RULzfLR25JLsiaQtPDrlbXTNawo0gEnKd3FydX6Rh7Wc4K3ZHKw4-oZvuhqvMw5oH9Y0y6qPZw7i5slg5TR5-pzcwVzENoJJM8SoE-SuL5N3TfFIE80ZSuLILH98/s1600/maksiat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOp4_c3sT0l75W6j-RULzfLR25JLsiaQtPDrlbXTNawo0gEnKd3FydX6Rh7Wc4K3ZHKw4-oZvuhqvMw5oH9Y0y6qPZw7i5slg5TR5-pzcwVzENoJJM8SoE-SuL5N3TfFIE80ZSuLILH98/s400/maksiat.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="font-size: large;"><strong>Se-Embun Ilmu -</strong> <em> </em></span><br />
<span style="font-size: large;"><em>”Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman, ‘Barangsiapa yang melakukan kebajikan, maka ia mendapatkan
pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang melakukan
keburukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau
diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka
Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-ku
sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa; barangsiapa yang datang
kepada-ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari.
Barangsiapa yang menemui-Ku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan
Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah yang
sama.”</em> (HR. Muslim dan Ahmad)</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-size: large;"><span id="more-2559"></span></span><br />
<span style="font-size: large;">Berikut ini ada beberapa terapi mujarab untuk menawar racun kemaksiatan:</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>1. Anggaplah besar dosamu</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu berkata, ”Orang beriman melihat
dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung
tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka berbuat dosa)
dosanya seperti lalat yang lewat di atas hidungnya.”</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>2. Janganlah meremehkan dosa</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Janganlah kamu
meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu
seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa
ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang
yang melakukan suatu dosa menganggap remeh suatu dosa, maka itu akan
membinasakannya.” (HR. Ahmad dengan sanad yang hasan)</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>3. Janganlah mujaharah (menceritakan dosa)</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Semua umatku
dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang berterus terang). Termasuk
mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada
malam hari kemudian pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah
telah menutupinya, ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku telah
melakukan demikian dan demikian’. Pada maalm hari Tuhannya telah
menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah
yang menutupinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>4. Taubat nasuha yang tulus</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Allah lebih
bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di
antara kamu yang berada di atas kendaraannya di padang pasir yang
tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas kendaraan
itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan hal itu, lalu
ia menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keaadaan bersedih
terhadap kendaraannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba
kendaraannya muncul di dekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya.
Kemudian ia berkata, karena sangat bergembira, ‘Ya Allah Engkau adalah
hambaku dan aku adalah Tuhanmu’. Ia salah ucap karena sangat
bergembira”. (HR. Bukhari dan Muslim)</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>5. Jika dosa berulang, maka ulangilah bertaubat</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata, ”Sebaik-baik kalian
adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.”
ditanyakan, ‘Jika ia mengulangi lagi?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar
kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Jika ia kembali berbuat dosa?’
Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan,
‘Sampai kapan?’ Dia menjawab, ‘Sampai setan berputus asa.”’</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>6. Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Orang yang bertaubat harus menjauhi situasi dan kondisi yang biasa ia
temui pada saat melakukan kemaksiatan serta menjauh darinya secara
keseluruhan dan sibuk dengan selainnya.</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>7. Senantiasa beristighfar</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Saat-saat beristighfar:</span><br />
<blockquote>
<span style="font-size: large;">a. Ketika melakukan dosa</span><br />
<span style="font-size: large;">b. Setelah melakukan ketaatan</span><br />
<span style="font-size: large;">c. Dalam dzikir-dzikir rutin harian</span><br />
<span style="font-size: large;">d. Senantiasa beristighfar setiap saat</span><br />
</blockquote>
<span style="font-size: large;">Rasulullah shalallahu alaihi wa salam beristighfar kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali (dalam hadits lain 100 kali).</span><br />
<span style="font-size: large;"> </span><br />
<span style="font-size: large;"><strong>8. Apakah anda berjanji kepada Allah untuk meninggalkan kemaksiatan?</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Tidak ada bedanya antara orang yang berjanji kepada Allah (berupa
nadzar atas tebusan dosa yang dilakukannya) dengan orang yang tidak
melakukannya. Karena yang menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam
kemksiatan tidak lain hanyalah karena panggilan syahwat (hawa nafsu)
lebih mendominasi dirinya daripada panggilan iman. Janji tersebut tidak
dapat melakukan apa-apa dan tidak berguna.</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>9. Melakukan kebajikan setelah keburukan</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,</span><br />
<blockquote>
<span style="font-size: large;">”Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan iringilah
keburukan dengan kebajikan maka kebajikan itu akan menghapus keburukan
tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR.
Ahmad dan Tirmidzi. Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih))</span><br />
</blockquote>
<span style="font-size: large;"><strong>10. Merealisasikan tauhid</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,</span><br />
<blockquote>
<span style="font-size: large;">”Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Barangsiapa yang melakukan
kebajikan, maka ia mendapatkan pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah
dan barangsiapa yang melakukan keburukan keburukan, maka balasannya satu
keburukan yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat
kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa
yang mendekat kepada-ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa;
barangsiapa yang datang kepada-ku dengan berjalan, maka Aku datang
kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang menemui-Ku dengan dosa
sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku
menemuinya dengan maghfirah yang sama.” (HR. Muslim dan Ahmad)</span><br />
</blockquote>
<span style="font-size: large;"><strong>11. Jangan berpisah dengan orang-orang yang baik</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">a. Persahabatan dengan orang-orang baik adalah amal shalih</span><br />
<span style="font-size: large;">b. Mencintai orang-orang shalih menyebabkan sesorang bersama mereka, walaupun ia tidak mencapai kedudukan mereka dalam amal</span><br />
<span style="font-size: large;">c. Manusia itu ada 3 golongan</span><br />
<blockquote>
<span style="font-size: large;">i. Golongan yang membawa dirinya dengan kendali takwa dan mencegahnya dari kemaksiatan. Inilah golongan terbaik.</span><br />
<span style="font-size: large;">ii. Golongan yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan takut dan
menyesal. Ia merasa dirinya berada dalam bahaya yang besar, dan ia
berharapa suatu hari dapat berpisah dari kemaksiatan tersebut.</span><br />
<span style="font-size: large;">iii. Golongan yang mencari kemaksiatan, bergembira dengannya dan menyesal karena kehilangan hal itu.</span><br />
</blockquote>
<span style="font-size: large;">d. Penyesalan dan penderitaan karena melakukan kemaksiatan hanya dapat dipetik dari persahabatan yang baik</span><br />
<span style="font-size: large;">e. Tidak ada alasan untuk berpisah dengan orang-orang yang baik</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>12. Jangan tinggalkan da’wah</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Said bin Jubair berkata, ”Sekiranya sesorang tidak boleh menyuruh
kebajikan dan mencegah dari kemungkaran sehingga tidak ada dalam dirinya
sesuatu (kesalahanpun), maka tidak ada seorangpun yang menyeru kepada
kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.” Imam malik berkomentar, ”Ia
benar. Siapakah yang pada dirinya tidak ada sesuatupun (kesalahan).”</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>13. Jangan cela orang lain karena perbuatan dosanya</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menceritakan kepada para
shahabat bahwasanya seseorang berkata, ”Demi Allah, Allah tidak akan
mengampuni si fulan.” Allah swt berkata, ”Siapakah yang bersumpah atas
nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah
mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu.” (HR. Muslim).</span><br />
<span style="font-size: large;"><em>*Disadur secara ringkas dari buku 13 Penawar Racun kemaksiatan
(terjemahan dari kitab Sabiilun najah min syu’mil ma’shiyyah) karangan
Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy, terbitan Darul Haq, Jakarta.</em></span><br />
<span style="font-size: large;">(<a href="http://muslimahzone.com/13-penawar-racun-kemaksiatan/">musimahzone</a>)</span><br />
</div>
</header>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-7654668116923137472012-04-13T02:41:00.000-07:002012-04-13T02:41:39.124-07:00HADITS FADHILAH SURAT YASIN YANG TERTOLAK<div class="img-content" style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><img height="264" src="http://www.voa-islam.com/timthumb.php?src=/photos/Bataku/yasin-surat.jpg&h=235&w=355&zc=1" width="400" /></span></div><h2><span style="font-size: large;">Inilah Hadits-hadits Tentang Fadhilah Surat Yasin yang Tertolak</span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><strong>(Oleh: Badrul Tamam)</strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Surat Yasin menjadi surat primadona bagi masyarakat kita, Indonesia. Sehingga muncul di mana-mana kegiatan Yasinan, karena didalamnya dibaca surat Yasin secara bersama-sama. Hal ini tidak lepas dari adanya pemahaman tentang keistimewaan membaca surat ini atas surat lainnya, khususnya berkaitan dengan faidah dan fadhilahnya.</span></div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Lebih khusus lagi pada malam Jum'at, selepas Maghrib maka rumah-rumah, masjid, dan mushalla ramai dengan lantunan surat Yasin baik dengan sendiri-sendiri maupun berjamaah. Terekam dalam benak, bahwa ini adalah amal yang benar-benar disyariatkan dan memiliki pahala besar. Ada kesan penghususan malam Jum'at dengan membaca surat Yasin.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Pada sebagian masyarakat, surat Yasin sengaja dibaca karena ada hajat atau kebutuhan yang ingin terpenuhi. Pembacanya sengaja membaca surat ini dengan bilangan tertentu agar hajatnya dikabulkan oleh Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em>. Ringkasnya, mereka menjadikan surat ini sebagai wasilah agar terkabul doa, yakni dengan membacanya dalam jumlah tertentu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Jika ditanya, kenapa melakukan demikian. Rata-rata jawabnya, ini kan baik dan diajarkan oleh kiai atau guru. Padahal MENGKHUSUSKAN cara dalam membaca surat ini dengan jumlah bilangan tententu dan untuk tujuan tertentu tidak memiliki landasan dari dalil shahih.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Memang benar, surat Yasin termasuk bagian dari Al-Qur'an. Dan membaca Al-Qur'an mendatangkan kebaikan yang banyak dan pahala yang besar dari Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em>. Namun menghususkan surat tertentu dengan menetapkan fadhilah dan manfaat tertentu dari pada surat-surat lainnya, dan membacanya dengan cara tertentu adalah membutuhkan dalil khusus. Karena ini masalah ubudiyyah tidak diketahui tentang perintah, tatacara dan fahilahnya kecuali melalui khabar wahyu. Dan tidak didapatkan khabar shahih tentangnya. Memang terdapat beberapa hadits yang menerangkan tentang keutamaan dan fadhilah surat Yasin, hanya saja statusnya antara dhaif dan maudhu' (palsu). Berikut ini beberapa haditsnya:</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>Pertama, </strong>dari Abu Hurairah <em>Radhiyallahu 'Anhu</em>, Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam </em>bersabda:</span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span>إن الله تبارك وتعالى قرأ ( طه ) و( يس ) قبل أن يخلق آدم بألفي عام، فلما سمعت الملائكة القرآن قالوا : طوبى لأمة ينزل هذا عليهم، وطوبى لألسن تتكلم بهذا، وطوبى لأجواف تحمل هذا</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">"<em>Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala telah membaca surat Thaha dan Yasin seribu tahun sebelum menciptakan Adam. Maka saat [ara malaikat mendengar Al-Qur'an, mereka berkata: Beruntunglah bagi umat yang diturunkan ini atas mereka, beruntunglah lisan yang berucap dengannya, dan beruntunglah bagi hati yang mengembannya.</em>" (HR. al-Darimi dalam Sunannya: 2/456, Ibnu Huzaimah dalam al-Tauhid: 109, Ibnu Hibban dalam al-Dhu'afa': 1/108, dan lainnya. Syaikh Al-Albani menyebutkannya sebagai hadits munkar dalam Silsilah al-Ahadits al-Dhaifah, no. 1248. Beliau berkata: dan matan ini adalah maudhu' sebagaimana dikatakan Ibnu Hibban, dan isnadnya dhaif jiddan/lemah sekali)</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>Kedua, </strong>dari Anas bin Malik <em>Radhiyallahu 'Anhu</em> secara marfu',<strong> </strong></span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span>من دخل المقابر، فقرأ سورة ( يس ) خفف عنهم يومئذ، وكان له بعدد من فيها حسنات</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">"<em>Siapa yang masuk ke pemakaman, lalu ia membaca surat Yasin niscaya diringankan siksa mereka (ahli kubur) pada hri itu, dan baginya kebaikan-kebaikan sebanyak orang yang di dalamnya.</em>" (Hadits maudhu' (palsu) yang dikeluarkan al-Tsa'labi dalam tafsirnya, disebutkan Syaikh al-Albani dalam Silsilah Al-Hadits Al-Dhaifah: no. 1246)</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>Ketiga,</strong> diriwayatkan dari Anas <em>Radhiyallahu 'Anhu</em> ia berkata, Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> bersabda,</span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span>إن لكل شيء قلبا وقلب القرآن يس ومن قرأ يس كتب الله بقراءتها قراءة القرآن عشر مرات </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">"Sesungguhnya setiap sesuatu ada jantungnya, dan jantungnya Al-Qur'an adalah surat Yasin. Siapa membacanya surat Yasin niscaya Allah mencatat untunya membaca Al-Qur'an sepuluh kali." (HR. Al-Tirmidzi, statusnya Maudhu' (palsu) sebagaimana disebutkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan al-Tirmidzi: 2887, Dhaif Al-Targhib wa Al-Tarhib: 885, Dhaif al-Jami' al-Shaghir: 1935)</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>Keempat, </strong>riwayat dari Ma'qil bin Yasar<strong> </strong><em>Radhiyallahu 'Anhu,</em><strong></strong></span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span>من قرأ ( يس ) ابتغاء وجه الله ، غفر الله له ما تقدم من ذنبه ، فاقرؤوها عند موتاكم</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">"<em>Siapa membaca surat Yasin untuk mengharap wajah Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, maka bacalah surat Yasin pada orang meninggal kalian.</em>" (Hadits Dhaif, dalam Dhaif al-Jami' al-Shaghir: 5785)</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>Kelima, </strong>dari 'Atha bin Abi Rabbah <em>Radhiyallahu 'Anhu</em> berkata, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah<em> Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> bersabda,</span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span>من قرأ ( يس ) في صدر النهار؛ قضيت حوائجه</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">"<em>Siapa membaca surat Yasin di siang hari, niscaya dipenuhi semua kebutuhannya.</em>" (Dhaif Misykah al-Mashabih: 2118)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Dan secara umum semua riwayat yang menerangkan keutamaan surat Yasin adalah Dhaif dan maudhu' (palsu) sebagaimana yang telah diteliti oleh Syaikh Al-Albani <em>rahimahullah </em>dalam beberapa kitabnya. Wallahu Ta'ala A'lam.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>Bagaimana Supaya Doa Dikabulkan?</strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Bagi seorang muslim yang memiliki hajat kepada Allah dan berharap agar terkabul doanya untuk benar-benar berdoa kepada Allah dengan menyebut Asmaul Husna (nama-nama Allah yang Maha Indah) dan sifat-sifat Allah yang Mahatinggi, memohon kepada-Nya dengan merendahkan diri setiap saat, khususnya di waktu dan tempat mustajabah untuk dikabulkan kebutuhannya. Allah Ta'ala berfirman,</span></div><div style="text-align: right;"><b><span style="font-size: large;"><span>وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran</em>." (QS. Al-Baqarah: 186)</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Meminta dikabulkan doa itu tidak boleh mengerjakan ibadah dan amal-amal qurubat yang tidak memiliki landasan perintahnya dari sunnah. Dan siapa yang melaksanakan ibadah tanpa mengikuti sunnah, ibadah tersebut tertolak. Walalhu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]</span></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-56205000710924492332012-04-11T21:44:00.000-07:002012-04-11T21:44:43.005-07:00BERKAH DO'A SEBELUM HUBUNGAN INTIM<div id="isi"> <b><span style="font-size: small;"><em>Oleh</em> <strong>Muhammad Abduh Tuasikal</strong></span></b><br />
<div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><img alt="" src="http://www.eramuslim.com/fckfiles/image/1x2/intim.jpg" /></span></div><span style="font-size: large;">Untuk meraih keberkahan dalam hubungan intim pada pasutri, di antaranya adalah dengan berdo’a ketika hendak mendatangi istri. </span><br />
<a name='more'></a><span style="font-size: large;">Keampuhan do’a ini akan memberikan kebaikan pada keturunan yang dihasilkan, itu di antaranya. Juga tentunya hubungan intim yang sesuai ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam akan semakin menambah kemesraan karena keberkahan yang hadir ketika itu.</span><br />
<span style="font-size: large;">Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</span><br />
<br />
<div class="ArabCenter"><span style="font-size: large;">« لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ فَقَالَ بِاسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا . فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا</span></div><span style="font-size: large;"><em>“Jika salah seorang dari kalian ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia membaca do’a: [Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa], “Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya” </em>(HR. Bukhari no. 6388 dan Muslim no. 1434).</span><br />
<br />
<b><span style="font-size: large;">Kapan Do’a Tersebut Dibaca?</span></b><br />
<span style="font-size: large;">Ash Shon’ani berkata bahwa hadits tersebut adalah dalil bahwa do’a tersebut dibaca sebelum bercumbu yaitu ketika punya keinginan. Karena dalam riwayat Bukhari lainnya disebutkan,</span><br />
<div class="ArabCenter"><span style="font-size: large;">أَمَا لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ يَقُولُ حِينَ يَأْتِى أَهْلَهُ</span></div><span style="font-size: large;"><em>“Adapun jika salah seorang dari mereka mengucapkan ketika mendatangi istrinya …”</em> (HR. Bukhari no. 5165). Makna kata “ketika” (حِينَ) dalam riwayat ini bermakna “berkeinginan”. (Subulus Salam, 6: 91).</span><br />
<span style="font-size: large;">Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (9: 228) berpendapat bahwa do’a ini dibaca sebelum hubungan intim.</span><br />
<span style="font-size: large;">Begitu pula pendapat Syaikh ‘Abdul Qodir Syaibah dalam Fiqhul Islam, 7: 61-64.</span><br />
<span style="font-size: large;">Intinya, do’a ini diucapkan sebelum memulai hubungan intim dan bukan di pertengahan atau sesudahnya. Hukum membaca do’a ini adalah sunnah (mustahab) (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 1: 190). Dan jika lihat dari tekstual hadits di atas, do’a ini dibaca oleh suami.</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>Berkah dari Berdo’a Sebelum Hubungan Intim</strong></span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>Pertama:</strong> Mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini sudah merupakan berkah tersendiri. Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,</span><br />
<div class="ArabCenter"><span style="font-size: large;">لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ</span></div><span style="font-size: large;"><em>”Aku tidaklah biarkan satu pun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang”</em> (HR. Bukhari no. 3093 dan Muslim no. 1759).</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>Kedua:</strong> Setan tidak akan turut serta dalam hubungan intim tersebut karena di dalam do’a ini diawali dengan penyebutan “bismillah”. Demikian pendapat sebagian ulama. Mujahid rahimahullah berkata,</span><br />
<div class="ArabCenter"><span style="font-size: large;">أَنَّ الَّذِي يُجَامِع وَلَا يُسَمِّي يَلْتَفّ الشَّيْطَان عَلَى إِحْلِيله فَيُجَامِع مَعَهُ</span></div><span style="font-size: large;"><em>“Siapa yang berhubungan intim dengan istrinya lantas tidak mengawalinya dengan ‘bismillah’, maka setan akan menoleh pada pasangannya lalu akan turut dalam berhubungan intim dengannya” </em>(Fathul Bari, 9: 229). Ya Allah, lindungilah kami dari gangguan setan kala itu.</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>Ketiga: </strong>Kebaikan do’a ini pun akan berpengaruh pada keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim tersebut. Buktinya adalah riwayat mursal namun hasan dari ‘Abdur Razaq di mana disebutkan,</span><br />
<div class="ArabCenter"><span style="font-size: large;">إِذَا أَتَى الرَّجُل أَهْله فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّه اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقَتْنَا وَلَا تَجْعَل لِلشَّيْطَانِ نَصِيبًا فِيمَا رَزَقْتنَا ، فَكَانَ يُرْجَى إِنْ حَمَلْت أَنْ يَكُون وَلَدًا صَالِحًا</span></div><span style="font-size: large;"><em>“Jika seseorang mendatangi istrinya (berhubungan intim), maka ucapkanlah ‘Ya Allah, berkahilah kami dan keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim ini, janganlah jadikan setan menjadi bagian pada keturunan kami’. Dari do’a ini, jika istrinya hamil, maka anak yang dilahirkan diharapkan adalah anak yang sholeh”</em> (Fathul Bari, 9: 229).</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>Keempat:</strong> Keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim ini akan selamat dari berbagai gangguan setan. Jika dipahami dari tekstual hadits, yang dimaksud dengan anak tersebut akan selamat dari berbagai bahaya adalah umum, yaitu mencakup bahaya dunia maupun agama. Namun Al Qodhi ‘Iyadh berkata bahwa para ulama tidak memahami seperti itu. (Minhatul ‘Allam, 7: 348).</span><br />
<span style="font-size: large;">Ibnu Daqiq Al ‘Ied berkata, “<em>Bisa dipahami dari do’a ini bahwa setan juga tidak akan membahayakan agama anak dari hasil hubungan intim tersebut. Namun bukan berarti anak tersebut ma’shum, artinya selamat dari dosa</em>” (Fathul Bari, 9: 229).</span><br />
<span style="font-size: large;">Syaikh Ibnu Baz memahami bahwa yang dimaksud dalam hadits bahwa anak tersebut akan tetap berada di atas fithroh yaitu Islam. Setan bisa saja menggoda anak tersebut, namun segera ia akan kembali ke jalan yang lurus. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<div class="ArabCenter"><span style="font-size: large;">إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ</span></div><span style="font-size: large;"><em>“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”</em> (QS. Al A’rof: 201) (Lihat Minhatul ‘Allam, 7: 349).</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>Kelima:</strong> Keberkahan do’a ini berlaku bagi wanita yang akan hamil dengan hubungan intim tersebut, atau yang tidak karena lafazhnya umum. Inilah pendapat Al Qodhi ‘Iyadh (Fathul Bari, 9: 229).</span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><strong>Jadikanlah Kebiasaan!</strong></span><br />
<span style="font-size: large;">Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan hafizhohullah berkata, “<em>Hendaklah seorang muslim bersemangat mengamalkan do’a ini ketika berhubungan intim hingga menjadi kebiasaan. Hendaklah ia melakukannya dalam rangka mengamalkan nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan demi menghasilkan keturunan yang terjaga dan terlindungi dari gangguan setan, juga supaya mendapatkan keberkahan dari do’a ini”</em> (Minhatul ‘Allam, 7: 348).</span><br />
<span style="font-size: large;">Ibnu Hajar berkata, “<em>Faedah yang ditunjukkan dalam do’a ini adalah disunnahkannya membaca bismillah dan berdo’a serta merutinkannya hingga pada hal yang nikmat semacam dalam hubungan intim</em>”. (Fathul Bari, 9: 229).</span><br />
<span style="font-size: large;">Hadits yang kita ulas kali ini menunjukkan bahwa setan akan mengganggu manusia dalam segala kondisi. Ketika tidur, ketika bangun dari tidur, setan akan terus memberikan was-was. Jika seseorang lalai dari mengingat Allah, maka setan akan mengganggu. Namun jika mengingat Allah, setan akan lari bersembunyi. Oleh karena itu, hendaklah kita membiasakan untuk terus berdzikir, membaca ta’awudz, berdo’a, supaya kita terlindungi dari gangguan setan (Nasehat Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan dalam Minhatul ‘Allam, 7: 349).</span><br />
<span style="font-size: large;">Ya Allah, lindungilah kami dari gangguan setan dalam segala keadaan kami.<br />
<em>Wallahu waliyyut taufiq.</em></span><br />
<span style="font-size: large;"><em> </em></span> <br />
<span style="font-size: large;">Referensi:</span><br />
<ol><li><span style="font-size: large;">Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al Asqolani, terbitan Darul Ma’rifah, Beirut, 1379.</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Fiqhul Islam Syarh Bulughul Marom min Jam’i Adillatil Ahkam, ‘Abdul Qodir Syaibah Al Hamd, terbitan Muassasah ‘Ulumul Qur’an, cetakan ketujuh, 1432 H.</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom, ‘Abdullah bin Sholeh Al Fauzan, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, 1430 H.</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Subulus Salam Al Mawshulah ila Bulughil Marom, Muhammad bin Isma’il Al Amir Ash Shon’ani, Tahqiq: Muhammad Shobhi Hasan Hallaq, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua, 1432 H.</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, 1421 H.</span></li>
</ol><span style="font-size: large;">@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 29 Rabi’uts Tsani 1433 H<br />
Artikel Muslim.Or.Id</span><br />
</div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-27505057877477124022012-04-11T00:14:00.000-07:002012-04-11T00:14:21.388-07:00DO'A SAAT ANGIN BERTIUP KENCANG<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDRpHPMKvgMwqIr4eCr8It_FyY1Tt7R3N8YGIWasAH5lFzq5Eh_hI7Dk7rkCbyoht07SnKupL175lANyXLjOIdW9CTJ3e_dO9AJyQk_vBwPZnujVOakl-jLUyIdIJwpuJwcQgD62VC_r0/s1600/ANGIN.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDRpHPMKvgMwqIr4eCr8It_FyY1Tt7R3N8YGIWasAH5lFzq5Eh_hI7Dk7rkCbyoht07SnKupL175lANyXLjOIdW9CTJ3e_dO9AJyQk_vBwPZnujVOakl-jLUyIdIJwpuJwcQgD62VC_r0/s400/ANGIN.jpg" width="400" /></a></div><h2><br />
</h2><b><span style="font-size: small;">Oleh: Badrul Tamam</span></b><br />
<br />
<div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><span><strong>اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ</strong></span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><strong>”Allahumma Innii As’aluka Khairaha wa Khaira Maa Fiihaa wa Khaira Maa Ursilat Bihi wa ’Udzu Bika Min Syarriha wa Syarri Maa Fiihaa wa Syarri Maa Ursilat Bihi”</strong></span></div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya."</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>Sumber Doa</strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Doa di atas bersumber dari Aisyah <em>Radhiyallahu ‘Anha</em>, ia berkata: Adalah Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> apabila angin bertiup kencang beliau berdoa,</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span>اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">"<em>Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya.</em>" (HR. Muslim, no. 2122, Kitab Shalatil Istisqa', bab berlindung saat melihat angin (kencang), cetakan Daar al-Jil dan daar al-Afaq al-Jadidah, Beirut.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Dalam Sunan al-Tirmizi, dari Ubai bin Ka'ab dengan redaksi lain. Rasulullah<em> Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>: janganlah kalian mencaci angin. Lalu apabila engkau melihat yang tidak menyenangkan, maka berdoalah:</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><strong>ا</strong><span>للَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ الرِّيْحَ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ بِهِ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيْحَ وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِهِ</span><strong> </strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">"<em>Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya.</em>" (HR. Al-Tirmidzi) </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>Keterangan</strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Kondisi di musim penghujan seperti sekarang ini, angin besar menjadi pemandangan tak terelakkan. Satu sisi ia menjadi pertanda segera turunnya hujan, namun sisi lain menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran. Karena angin kencang ada kalanya menumbangkan pohon, merobohkan bangunan, merebahkan tanam-tanaman, dan menjadi sebab terjadinya banjir. Dalam kondisi semacam ini kita tidak boleh mencelanya, karena ia bertiup demikian dengan ketentuan Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em>. Tetapi disyariatkan mengucapkan zikir dan doa seperti yang diajarkan Nabi <em>Shallallahu ‘alaihi Wasallam</em>.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Dari Ubai bin Ka'ab dengan redaksi lain. Rasulullah<em> Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>: janganlah kalian mencaci angin. Lalu apabila engkau melihat yang tidak menyenangkan, maka berdoalah:</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span>اللَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ الرِّيْحَ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ بِهِ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيْحَ وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِهِ</span><strong> </strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">"<em>Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya.</em>" (HR. Al-Tirmidzi)</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Pergerakan angin merupakan bagian dari tanda kebesaran Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em>. Adakalanya bertiup sepoi-sepoi dan menyejukkan. Ada kalanya juga kencang dan ribut sehingga menimbulkan sesuatu yang tidak kita suka. Ini semua berlaku dengan qadha' dan qadar Allah <em>'Azza wa Jalla</em>. Tentunya dengan hikmah yang Allah kehendaki. Oleh sebab itu tidak pantas jika seorang muslim mencaci angin. Karena mencaci angin itu berimbas mencaci terhadap Zat yang mencipta dan mengutusnya. Karena angin itu makhluk Allah dan tunduk kepada perintah-Nya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Allah Ta'ala berfirman,</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: right;"><b><span style="font-size: large;"><span>وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan)</em>." (QS. Al-A'raf: 57)</span></b></div><div style="text-align: right;"><b><span style="font-size: large;"><span>وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih</em>." (QS. Al-furqan: 48)</span></b></div><div style="text-align: right;"><b><span style="font-size: large;"><span>وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ وَلِيُذِيقَكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya</em> . . ." (QS. Al-Ruum: 46)</span></b></div><div style="text-align: right;"><b><span style="font-size: large;"><span>فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya.</em>" (QS. Shaad: 36)</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>Penutup</strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Angin terbagi dalam dua jenis. <em>Pertama</em>, angin yang bertiup tenang maka tidak disyariatkan berzikir khusus padanya. <em>Kedua</em>, angin ribut yang bertiup kencang sehingga menimbulkan ketakutan, menumbangkan pepohonan, merobiohkan bangunan, dan semisalnya. Pada yang kedua ini dilarang mencacinya, karena tidaklah menjalankan angin, mengutusnya, dan menentukan bentuk bertiupnya kecuali Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala</em>. Tidak ada seorangpun yang mampu mengendalikan angin kecuali penciptanya, yakni Allah <em>'Azza wa Jalla.</em> Bahkan sebaliknya diperintahkan untuk berzikir dan berdoa kepada Allah saat terjadi angin kencang, di antaranya adalah doa di atas. Wallahu Ta'ala A'lam. <a href="http://www.voa-islam.com/islamia/doa/2012/03/24/18340/doa-saat-angin-bertiup-kencang/"><b>[PurWD/voa-islam.com]</b></a></span></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-65768754072636748672012-04-10T23:55:00.000-07:002012-04-10T23:55:43.221-07:00JERAT SYETAN YANG BERNAMA TAZYIN<div class="img-content" style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd0GnyF3uWeeUnbO2kr0GbkXFCfg25TkFPeI_-biZyHnsJW25IijWcGugm4WFvLXrBtUS7sgWEpcaQHhWgSAHriqRF8JbDGzfEsdYuXyJzGgr7f-bXKzX57KGVG3p0lBBHytms70Y6hfc/s1600/TAZYIN.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd0GnyF3uWeeUnbO2kr0GbkXFCfg25TkFPeI_-biZyHnsJW25IijWcGugm4WFvLXrBtUS7sgWEpcaQHhWgSAHriqRF8JbDGzfEsdYuXyJzGgr7f-bXKzX57KGVG3p0lBBHytms70Y6hfc/s400/TAZYIN.jpg" width="311" /></a></div><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Tazyin; Jerat Syetan Menjerumuskan Manusia Dalam Kemaksiatan</span></h2><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">Oleh: Badrul Tamam</span></b></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Syetan senantiasa berusaha menyesatkan manusia dari jalan yang benar dan menjerumuskan mereka dalam perbuatan dosa. Tujuannya, agar syetan memiliki teman sebanyak-banyaknya di neraka. Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala </em>berfirman,</span></div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>إِ</strong><span>نَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ</span></span></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.</em>" (QS. Faathir: 6)</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Salah satu jerat syetan dalam menyesatkan manusia dan menjerumuskan mereka dalam perbuatan dosa adalah dengan cara <em>tazyin </em>(menghiasi/memandang baik perbuatan maksiat). Syetan senantiasa menghiasi perbuatan bejat dan maksiat atas seorang hamba. Syetan juga menutupi akibat buruknya dan menjadikannya terlihat remeh di mata pelakunya. Sehingga ia terlena dalam perbuatan buruknya tersebut, bertambah jauh dari Tuhannya, dan mati dalam kondisi hina.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Cukup banyak ayat yang menjelaskan trik syetan yang satu ini dalam menggelincirkan manusia, diantaranya firman Allah:</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;"><span>وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>Dan Syetan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.</em>" (QS. Al-An'am: 43)</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Allah Ta'ala berfirman,</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;"><span>قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya</em>." (QS. Al-Hijr: 39)</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Ibnu Katsir berkata dalam tafsir ayat di atas, "Aku jadikan mereka suka dan gemar kepada maksiat, menguatkan dan membantu mereka dengan sungguh-sungguh."</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Allah berfirman dalam ayat yang lain,</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;"><span>كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.</em>" (QS. Al-An'am: 122)</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>(Syetan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu.</em>" (QS. Al-Taubah: 37)</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Allah berfirman tentang kisah Ratu Bilqis, <b>"<em>Dan syetan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,</em>" (QS. Al-Naml: 34)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Allah berfirman lagi tentang umat terdahulu, <b>"<em>Dan (juga) kaum Ad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syetan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam.</em>" (QS. Al-Ankabut: 38)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Allah berfirman menerangkan tazyin syetan terhadap kafir Quraisy Makkah pada saat perang Badar, <b>"<em>Dan ketika syetan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syetan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya.</em>" (QS. Al-Anfal: 48)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>Ingat, Syetan Penyesat Tak Bertanggungjawab!</strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Walaupun syetan yang telah berbuat jahat terhadap manusia dengan menggoda mereka untuk berbuat maksiat dan menghiasi perbuatan buruk tersebut, tapi syetan –sebagaimana yang Allah ceritakan kepada kita dalam Kitab-Nya- tidak mau bertanggungjawab ikut menanggung perbuatan buruk tersebut. Syetan berlepas diri dari para pengikutnya dan siapa yang berhasil disesatkan olehnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Allah Ta'ala berfirman,</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;"><span>كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syetan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam". Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang lalim.</em>" (QS. Al-Hasyar: 16-17)</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;"><span>وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>Dan berkatalah syetan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih.</em>" (QS. Ibrahim: 22)</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong>Sikap Orang Beriman Setelah Berbuat Maksiat</strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Orang beriman yang telah berhasil digelincirkan syetan dalam perbuatan maksiat -dengan fitrahnya yang sehat-, akan merasa sangat bersalah, mengakui kejahatannya, dan terbebabi dengan dosanya. Sehingga ia segera lupa dengan nikmatnya maksiat, ia tersiksa, dan berharap kalau saja ia tidak terjerumus ke dalamnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Penyesalan, tersiksa, dan galau sesudah berbuat dosa akan menjadi sebab Allah menghapuskan dosanya, ini bagian dari luasnya rahmat Allah, Tuhan semesta alam.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Godaan syetan dan tazyinnya ini akan menghancurkan manusia yang menurutinya kecuali orang bertakwa dan memiliki iman yang tulus. Apabila mereka lalai dan melanggar batas, maka mereka segera kembali kepada Allah, menyesal, minta ampun, dan tidak bertekad tidak akan mengulanginya. Allah Ta'ala menerangkan tentang mereka ini,</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ</span></span></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">"<em>Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.</em>" (QS. Al-A'raf: 201)</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Inilah karakter orang beriman sesudah terjerumus dalam kemaksiatan akibat godaan syetan, baik dengan mengerjakan keharaman atau meninggalkan kewajiban, ia segera sadar akan kesalahannya dan godaan syetan sehingga ia beristighfar kepada Allah dan kembali kepadanya dengan mengerjakan kebaikan-kebaikan. Oleh sebab ini, syetan kembali merana. Apa yang sudah ia usahakan telah hancur berantakan. Wallahu Ta'ala a'lam. <a href="http://www.voa-islam.com/islamia/aqidah/2012/04/09/18516/tazyin-jerat-syetan-menjerumuskan-manusia-dalam-kemaksiatan/">[PurWD/voa-islam.com]</a></span></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-24236082563516714262012-03-25T23:54:00.000-07:002012-03-25T23:54:48.985-07:00DO'A BERLINDUNG DARI KESYIRIKAN<div class="img-content" style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><img height="256" src="http://www.voa-islam.com/timthumb.php?src=/photos/Padang_pasir-voa.jpg&h=235&w=355&zc=1" width="400" /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><span>اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك أَنْ أُشْرِكَ بِك وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُك لِمَا لَا أَعْلَمُ</span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><em><span>Allaahumma Innii A'udzu bika an Usyrika bika wa Anaa A'lamuhuu wa Astaghfiruka Limaa Laa A'lamuhu</span></em></span></div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad dan Shahih Abi Hatim serta yang lainnya, shahih)</span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><span>اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ</span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><em><span>Allaahumma Innaa Na'udzu bika min an Nusyrika bika wa Anaa A'lamuhuu wa Nastaghfiruka Limaa Laa A'lamuhu</span></em></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>"<em>Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan kami memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui.</em>" (HR. Ahmad IV/403 dari Abu Musa al Asy'ari. Dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam <em>Shahih al Targhib wa al Tarhib</em> I/121-122 no. 36)</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong><span>Isi Kandungan Doa</span></strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Kedua doa di atas berbentuk i<em>sti'adzah</em> (memohon perlindungan). Biasanya dipanjatkan dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan. Dalam hal ini adalah syirik. Karena syirik dapat mengakibatkan keburukan di dunia dan di akhirat, di antaranya:</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span><strong>1. Dosa syirik adalah dosa yang tidak terampuni, jika pelakunya meninggal di atasnya.</strong> Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala:</span></span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span>إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>"<em>Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.</em>" (QS. Al Nisa': 48 dan 116)</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><strong><span>2. Syirik menghalangi pelakunya dari surga dan menjadikannya kekal di dalam neraka.</span></strong></span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span>إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>"<em>Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun.</em>" (QS. Al Maidah: 72)</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Dari Ibnu Mas'ud <em>radliyallah</em> <em>'anhu</em>, Rasulullah <em>shallallahu 'alaihi wasallam </em>bersabda:</span></span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span>مَنْ مَاتَ وَهْوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>"<em>Barangsiapa yang mati dalam keadaan menyembah selain Allah, pasti ia masuk ke dalam neraka.</em>" (HR. al Bukhari)<br />
<br />
<strong>3. Syirik menghapus pahala amal shalih yang telah dikerjakan oleh pelakunya. </strong></span></span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span>وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>"<em>Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.</em>" (QS. Al Zumar: 65)</span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Seseorang yang pahala amal-nya terhapus karena perbuaan syiriknya, maka Allah tidak memberikan balasan sedikitpun terhadap amal tersebut. Sebaliknya Allah akan mengadzabnya karena kedzaliman dan penghinaannya kepada Allah dengan kesyirikan yang dia lakukan. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Akibat buruk di atas pantas dijatuhkan kepada seorang musyrik, karena perbuatan syirik adalah perbuatan dzalim dan dosa yang sangat besar. "<em>Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.</em>" (QS. Luqman: 13)</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Abdullah bin Mas’ud <em>radliyallah 'anhu</em> berkata: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah<em> shallallahu 'alaihi wasallam</em>, “<em>Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?” Beliau menjawab, “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang telah menciptakanmu.</em>” (HR. Bukhari dan Muslim)</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Seorang musyrik telah berlaku jahat terhadap hak Allah. Padahal Allah-lah sang pencipta, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan. Namun, seorang musyrik telah menentang dan mengingkari semua itu, bahkan dia memberikan ibadah dan penghormatan yang hanya menjadi hak Allah kepada selain-Nya yang bukan pencipta, bukan pemberi rizki, tidak menghidupkan dan mematikan. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Seorang muslim harus takut dan khawatir terhadap perbuatan syirik. Dia harus berhati-hati, jangan sampai terjerumus ke dalam perbuatan yang sangat buruk ini karena samarnya permasalah ini. Yaitu, seperti yang disampaikan Ibnu 'Abbas, bagaikan semut kecil yang merayap di atas batu hitam di malam yang kelam. (Riwayat Ibnu Abi Hatim)</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> bersabda, "<em>Wahai umat manusia, takutlah kalian terhadap kesyirikan, karena syirik itu lebih samar dari merayapnya semut.</em>” (HR. Ahmad)</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Karena sulitnya selamat dari perbuatan syirik -kacuali orang yang ditolong Allah untuk menjauhinya- Abu Bakar al Shiddiq mengadu kepada Nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> dengan menyampaikan, “Wahai Rasulullah, bagaimana kita bisa selamat darinya padahal ia lebih lembut daripada semut yang kecil? </span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Rasulullah <em>shalallahu ‘alaihi wassalam</em> menjawab: "Maukah aku ajarkan kepadamu satu kalimat (doa), jika engkau membacanya pasti selamat dari syirik yang samar maupun yang jelas? Ucapkanlah : </span></span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><strong><span>اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك أَنْ أُشْرِكَ بِك وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُك لِمَا لَا أَعْلَمُ</span></strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>"<em>Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui.</em>" (HR. Ahmad, al Thabrani dan lainnya. Dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih al Targhib wa al Tarhib. Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa: 2/158, menyebutkannya dari Abi Hatim dalam shahihnya)</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Diriwayatkan juga dari Umar bin Khathab <em>radliyallah 'anhu</em>, beliau sering berdoa : </span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><span>اللَّهُمَّ اجْعَلْ عَمَلِي كُلَّهُ صَالِحًا وَاجْعَلْهُ لِوَجْهِكَ خَالِصًا وَلَا تَجْعَلْ لِأَحَدِ فِيهِ شَيْئًا</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>"<em>Ya Allah, jadikan amalku seluruhnya adalah shalih (sesuai tuntunan Rasulullah) dan jadikan ia ikhlash mencari ridla-Mu, jangan jadikan sedikitpun dari amal itu untuk seseorang.</em>"</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Di samping dengan berlindung kepada Allah dari kesyirikan dengan doa-doa di atas, kita juga harus melakukan usaha nyata dengan menuntut ilmu dan belajar, khususnya tentang tauhid dan syirik. Dengan ilmu tersebut pandangan kita semakin tajam dan jeli, dapat melihat kesyirikan sekecil apa pun. Sebaliknya tanpa ilmu sering manusia terjerumus ke dalam kesyirikan, bahkan syirik besar, dalam keadaan tidak sadar dan merasa dirinya sedang berbuat baik.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span>Semoga Allah melindungi kita dari kesyirikan, yang besar maupun yang kecil, yang samar maupun yang jelas, sehingga tergolong sebagai hamba Allah mukhlisin. Harapannya, semoga dengan bersih dari syirik amal shalih kita diterima oleh Allah, segala kesalahan dan dosa kita diampuni, Allah masukkan kita ke dalam surga-Nya, dan dijauhkan dari neraka. "<em>Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.</em>" (QS. Ali Imran: 185)</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><strong><span>(Oleh: Badrul Tamam )</span></strong></span></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.voa-islam.com/islamia/doa/2010/12/09/3478/doa-berlindung-dari-kesyirikan/"><span style="font-size: large;"><span>(PurWD/voa-islam.com)</span></span></a></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-35508703334272192922012-03-25T22:59:00.001-07:002012-03-25T22:59:37.958-07:00INILAH MAKSUD DOSA SYIRIK YANG TAK TERAMPUNI<div class="img-content" style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><img height="264" src="http://www.voa-islam.com/timthumb.php?src=/photos/Bataku/Syirik_takterampuni2.jpg&h=235&w=355&zc=1" width="400" /></span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>(Oleh: Badrul Tamam)</b></span></div><div style="color: red;"><span style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Seorang musyrik menyamakan sesuatu yang tidak memiliki kekuasaan atas apapun jua dengan Dzat yang semua urusan berada ditangan-Nya. Menyamakan orang fakir dari segala sisi dengan Zat yang Mahakaya dari berbagai sisi.</span></div><a name='more'></a><div style="color: red;"><span style="font-size: large;"> Menyamakan yang tidak memberikan rizki sedikitpun dengan Zat yang telah menciptakan apa yang menjadi rizki bagi manusia dan menganugerahkan semua itu kepadanya. Maka adakah kezaliman yang lebih dahsyat dari ini?</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Allah <i>Subhanahu wa Ta'ala</i> berfirman tentang nasihat Luqman kepada putranya agar tidak berbuat syirik,</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">"<i>Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar.</i>" (QS. Luqman: 13)</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Allah Ta'ala berfirman,</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">"<i>Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.</i>" (QS. Al-An'am: 82)</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Nabi <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam </i>telah menjelaskan maksud <i>zulm</i> (kezaliman) pada ayat di atas adalah syirik. Turunnya ayat ini membuat gundah para sahabat beliau <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i>. Mereka berkata, "Siapakah di antara kami yang tidak menzalimi dirinya?" Nabi menjawab, "Maksudnya tidak seperti yang kalian kira. Tidakkah kalian mendengar perkataan Luqman kepada putranya, <i>'Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar</i>'." (HR. Bukhari)</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Begitu kurang ajarnya tindakan syirik, maka sangat wajar jika Allah ancam keras pelaku kemusyrikan dengan terhapus semua amal shalihnya, tidak diberi ampunan, haram masuk surga, dan pasti kekal di neraka.</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Allah <i>Subhanahu wa Ta'ala </i>berfirman,</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;"> "<i>Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.</i>" (QS. Al-Zumar: 65)</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Khitab ayat ini ditujukan kepada Nabi <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i>, hamba pilihan Allah yang paling dicintai oleh-Nya. Jika beliau sampai berbuat syirik, maka tidak ada ampun bagi beliau. Semua amal-amal shalih yang sudah dikerjakannya akan terhapus dan harus merasakan azab dahsyat di akhirat. Lalu bagaimana kalau yang berbuat syirik adalah orang yang derajatnya di bawah beliau?</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Tentang haramnya seorang musyrik masuk surga dijelaskan oleh firman Allah,</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">"<i>Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun.</i>" (QS. Al-Maidah: 72)</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Imam Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat, "<i>(maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka)</i>, maksudnya: sungguh Allah mengharuskan neraka baginya dan mengharamkan surga atasnya."</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Tentang dalil tidak adanya ampunan untuk orang musyrik di akhirat ditunjukkan firman Allah Ta'ala,</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;"> إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">"<i>Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.</i>" (QS. Al-Nisa': 48)</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Perlu dipahami, ayat-ayat di atas yang menerangkan ancaman perbuatan syirik berlaku di akhriat. Yakni orang yang bertemu Allah Ta'ala dengan membawa dosa syirik dan belum bertaubat darinya, maka ia tidak akan disucikan, tidak diampuni dosa dan kesalahannya, dan diharamkan atasnya masuk surga sehingga ia kekal di neraka.</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Maka siapa yang saat ia mati masih membawa dosa syirik dan tidak bertaubat darinya sebelum wafatnya, maka ia tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah <i>Subhanahu wa Ta'ala</i>. Allah telah haramkan ampunan bagi dosa syirik yang pelakunya tidak bertaubat sebelum meninggalnya. Hal ini berbeda, -sebagaimana disebutkan pada QS. Al-Nisa': 48- dengan dosa selain syirik yang dibawa mati pelakunya, ia berada di bawah <i>Masyi-Ah</i> (kehendak) Allah. Artinya, jika Allah berkenan maka akan mengampuninya, dan jika berkehendak lain akan menyiksanya sesuai dengan kadar dosanya lalu akan mengelurkannya dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga. Sehingga tempat singgah terakhirnya adalah di surga. Ini berlaku bagi seorang <i>Muwahhid</i> yang mati membawa dosa yang tingkatannya di bawah syirik.</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Adakah Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan?</b></span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Seseorang yang telah terjerumus ke dalam kesyirikan lalu sadar akan kesalahannya dan besarnya dosa yang telah diperbuat, ia tidak boleh berputus asa dari ampunan dan taubat Allah Ta'ala, "<i>Karena sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.</i>" (QS. Al-Hujurat: 12)</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Allah <i>Subhanahu wa Ta'ala</i> berfirman:</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">"<i>Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.</i>" (QS. Al-Zumar: 53)</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Ayat ini berbicara tentang pelaku dosa dalam hukum dunia, sebagai kabar gembira bagi pelaku maksiat bahwa ia masih memiliki kesempatan untuk diampuni dosa jika bertaubat sebelum wafat. Bukan hanya dosa yang kategorinya maksiat saja, bahkan syirik pun masih ada kesempatan mendapat ampunan jika bertaubat sebelum wafat. Karena Allah menyebutkan, "<i>Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya</i>."</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Perlu dicamkan, ayat ini tidak berlaku di akhirat. Karena jika diterapkan demikian pastinya akan membatalkan sejumlah nash Al-Qur'an dan sunnah yang berisi ancaman terhadap dosa syirik yang dibawa mati. Ia juga akan menggugat kesepakatan umat, tidak ada ampunan bagi pelaku dosa syirik pada hari kiamat di mana ia belum bertaubat darinya saat masih di dunia. Jika ayat ini dibawa kepada hukum akhirat, maka batallah keyakinan kaum muslimin bahwa surga tidak dimasuki kecuali oleh jiwa muslimah atau mukminah. Maka sesatlah pemahaman orang yang membawa QS. Al-Zumar: 53 ini kepada hukum di akhirat.</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Dalil Adanya Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan </b></span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Pelaku kesyirikan masih memiliki kesempatan untuk dihapuskan dosanya selama ia masih hidup, yakni dengan bertaubat darinya sebelum wafat. Hal ini dikuatkan oleh beberapa nash Al-Qur'an dan Sunnah Shahihah, antara lain:</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">وَالَّذِينَ لا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً . يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً . إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَحِيماً</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">"<i>Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.</i>" (QS. Al-Furqan: 68-70)</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Ayat di atas sangat jelas menunjukkan adanya ampunan Allah Ta'ala bagi semua dosa, sampai syirik, selama ia bertaubat sebelum wafat. Bahkan ayat menerangkan keutamaan besar bagi mereka yang bertaubat, yakni diganti keburukannya dengan kebaikan.</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Dari Abu Farwah <i>rahimahullah</i>, dia mendatangi Rasulullah <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> dan berkata: "(Ya Rasulullah!) bagaimana menurutmu, jika ada seseorang yang mengerjakan semua perbuatan dosa dan tidak meninggalkan satu perbuatan dosa pun serta tiada keinginan untuk berbuat dosa kecuali ia lakukan. Apakah ada taubat baginya untuk semua itu?"</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Rasulullah <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> bertanya: "Apakah kamu sudah masuk Islam?"</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Ia menjawab, "Adapun saya bersaksi tiada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah."</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Beliau bersabda: "Berbuat baiklah dan tinggalkan perbuatan buruk, maka Allah akan menjadikan semua perbuatan buruk itu sebagai kebaikan bagimu." Ia berkata: "penghianatan dan kejahatanku?" Beliau menjawab: "ya." Ia terus menerus bertakbir hingga tidak terlihat lagi." (HR. Thabrani)</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Hal ini berbeda dengan orang yang memberikan sesembahan kepada selain Allah dan tidak bertaubat darinya hingga wafat. Ia berjumpa dengan Allah dengan membawa dosa syirik tersebut, maka bagiannya adalah, "<i>Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik</i>." (QS. Al-Nisa': 48)</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Adapun Hadits, sangat banyak sabda Nabi <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam </i>yang menjelaskan adanya harapan ampunan bagi pelaku kesyirikan yang bertaubat sebelum wafat. Di antaranya, hadits Qudsi yang dikeluarkan Imam al-Tirmidzi,</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: right;"><span style="font-size: large;">يا ابنَ آدم إنَّك لو أَتَيتَني بِقُرابِ الأرضِ خَطايا ، ثمَّ لَقِيتَني لا تُشركُ بي شَيئاً ، لأتيتُكَ بِقُرابها مغفرةً</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">"<i>Wahai Anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, lalu engkau berjumpa dengan-Ku tanpa menyekutukan sesuatu dengan-Ku, pasti Aku akan datangkan kepadamu ampunan sebanyak itu.</i>"</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Sahabat Jabir <i>Radhiyallahu 'Anhu</i> menuturkan, ada seorang laki-laki datang kepada Nabi <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> lalu bertanya, "Ya Rasulallah, apa dua hal yang paling menentukan?" Beliau menjawab,</span></div><div style="color: red; text-align: right;"><span style="font-size: large;">مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">"<i>Siapa yang mati sedangkan ia tidak menyekutukan Allah dengan apapun juga, pasti ia masuk surga. Siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka.</i>" (HR. Muslim)</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Sedangkan diketahui, seseorang yang bertaubat dari dosa, ia laksana orang yang tidak melakukan dosa tersebut,</span></div><div style="color: red; text-align: right;"><span style="font-size: large;">اَلتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">"<i>Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa.</i>" (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)</span></div><blockquote style="color: red;"><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><br />
</span></div></blockquote><div style="color: red;"><a href="http://www.voa-islam.com/islamia/aqidah/2012/03/17/18232/inilah-maksud-dosa-syirik-yang-tak-terampuni/"><span style="font-size: large;">[PurWD/voa-islam.com]</span></a></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-66890269916529041802012-03-23T02:07:00.000-07:002012-03-23T02:07:15.723-07:00HUKUM MENINGGALKAN SHOLAT<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLJrdXNLQQd8Sr6-9OgS76Q0K00MHD8HjRH_y8W-oPqQiwW1295pfidFwz9UrWItoB4VTSP8BD2vwoM1uxYEdGEXt3PtoNOrV3MbxC_WeeLiJrZgOKQpBSwKjRssaDTGTnZIKT6WhDFNE/s1600/SHOLAT3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLJrdXNLQQd8Sr6-9OgS76Q0K00MHD8HjRH_y8W-oPqQiwW1295pfidFwz9UrWItoB4VTSP8BD2vwoM1uxYEdGEXt3PtoNOrV3MbxC_WeeLiJrZgOKQpBSwKjRssaDTGTnZIKT6WhDFNE/s400/SHOLAT3.jpg" width="400" /></a></div><br />
Perlu diketahui, para ulama telah sepakat (baca: ijma’) bahwa dosa meninggalkan shalat lima waktu lebih besar dari dosa-dosa besar lainnya. Ibnu Qayyim Al Jauziyah –<em>rahimahullah</em>- mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”[9]<br />
<a name='more'></a><br />
Adapun berbagai kasus orang yang meninggalkan shalat, kami dapat rinci sebagai berikut:<br />
<br />
<b>Kasus pertama</b>: Meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya sebagaimana mungkin perkataan sebagian orang, ‘<em>Sholat oleh, ora sholat oleh</em>.’ [Kalau mau shalat boleh-boleh saja, tidak shalat juga tidak apa-apa]. Jika hal ini dilakukan dalam rangka mengingkari hukum wajibnya shalat, orang semacam ini dihukumi kafir tanpa ada perselisihan di antara para ulama.<br />
<br />
<b>Kasus kedua</b>: Meninggalkan shalat dengan menganggap gampang dan tidak pernah melaksanakannya. Bahkan ketika diajak untuk melaksanakannya, malah enggan. Maka orang semacam ini berlaku hadits-hadits Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> yang menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq, mayoritas ulama salaf dari shahabat dan tabi’in. Contoh hadits mengenai masalah ini adalah sabda Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, “<em>Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir</em>.”[10]<br />
<br />
<b>Kasus ketiga</b>: Tidak rutin dalam melaksanakan shalat yaitu kadang shalat dan kadang tidak. Maka dia masih dihukumi muslim secara zhohir (yang nampak pada dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat Ishaq bin Rohuwyah yaitu hendaklah bersikap lemah lembut terhadap orang semacam ini hingga dia kembali ke jalan yang benar. <em>Wal ‘ibroh bilkhotimah</em> (Hukuman baginya dilihat dari keadaan akhir hidupnya).[11]<br />
<br />
<b>Kasus keempat</b>: Meninggalkan shalat dan tidak mengetahui bahwa meninggalkan shalat membuat orang kafir. Maka hukum bagi orang semacam ini adalah sebagaimana orang jahil (bodoh). Orang ini tidaklah dikafirkan disebabkan adanya kejahilan pada dirinya yang dinilai sebagai faktor penghalang untuk mendapatkan hukuman.<br />
<br />
<b>Kasus kelima</b>: Mengerjakan shalat hingga keluar waktunya. Dia selalu rutin dalam melaksanakannya, namun sering mengerjakan di luar waktunya. Maka orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan perbuatan ini sangat tercela sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “<em>Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.</em>” (QS. Al Maa’un [107] : 4-5)[12]<br />
<br />
====================================<br />
<br />
[9] Ash Sholah wa Hukmu Tarikiha, Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakr bin Qayyim Al Jauziyah, hal. 7, Darul Imam Ahmad, Kairo-Mesir.[ed]<br />
[10] HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul Mashobih no. 574 [ed]<br />
[11] Lihat pula penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa, 7/617, Darul Wafa’.[ed]<br />
[12] Lihat penjabaran kasus ini dalam <em>Al Manhajus Salafi ‘inda Syaikh Nashiruddin Al Albani</em>, Syaikh Abdul Mun’im Salim, hal. 189-190. [ed]SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-42550934604386345912012-03-23T01:58:00.000-07:002012-03-23T01:58:42.762-07:00KEUTAMAAN MENGERJAKAN SHOLAT<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHh2_z2sgAIVGn4SKFS4Yhj6d6fVWsO3mvulo6C7P-OU-17vLKHu5xzlfdXy8clFnokMMrsSvUu6s_ewj9cgaI_Jr9jUmHJkxZQhyFBJhvSHZenqODGUkpgOeuS916GtNFeQTXwSrBbII/s1600/SHOLAT2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHh2_z2sgAIVGn4SKFS4Yhj6d6fVWsO3mvulo6C7P-OU-17vLKHu5xzlfdXy8clFnokMMrsSvUu6s_ewj9cgaI_Jr9jUmHJkxZQhyFBJhvSHZenqODGUkpgOeuS916GtNFeQTXwSrBbII/s400/SHOLAT2.jpg" width="400" /></a></div><strong></strong><strong><br />
</strong><br />
Shalat memiliki keutamaan-keutamaan berupa pahala, ampunan dan berbagai keuntungan yang Allah sediakan bagi orang yang menegakkan sholat dan rukun-rukunnnya dan lebih utama lagi apabila sunnah-sunnah sholat 5 waktu dikerjakan, diantara keutamaan-keutamaan tersebut adalah:<br />
<br />
<b>1) Mendapatkan cinta dan ridho Allah</b><br />
<a name='more'></a><br />
Orang yang mengerjakan shalat berarti menjalankan perintah Allah, maka ia pantas mendapatkan cinta dan keridhoan Allah. Allah <em>Ta’ala</em> berfirman (yang artinya), <b>“<em>Katakanlah (wahai muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” </em>(QS. Ali Imran: 31)</b><br />
<br />
<b><em>2)</em> Selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga</b><br />
Allah <em>T</em><em>a’ala</em> berfirman (yang artinya), <b><em>“D</em><em>an Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar</em><em>.”</em> (QS. Al Ahzab: 71). </b><br />
Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi <em>Rahimahullahu ta’ala</em> berkata, “Yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ini adalah selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga”. Dan melaksanakan sholat termasuk mentaati Allah dan Rasul-Nya.<br />
<br />
<b>3) Pewaris surga Firdaus dan kekal di dalamnya</b><br />
Allah <em>T</em><em>a’ala</em> berfirman (yang artinya),<b> “<em>Sungguh beruntung orang-orang yang beriman</em><em> … </em><em> dan orang-orang yang memelihara sholatnya mereka </em><em>i</em><em>tulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya</em><em>.</em>” (QS. Al Mu’minun: 1-11) </b><br />
<br />
<b>4) Pelaku shalat disifati sebagai seorang muslim yang beriman dan bertaqwa</b><br />
Allah <em>T</em><em>a’ala</em> berfirman (yang artinya),<b> “<em>Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka</em><em>.”</em> (QS. Al Baqarah: 2-3)</b><br />
<br />
<b>5) Akan mendapat ampunan dan pahala yang besar dari Allah</b><br />
Allah <em>Ta’ala</em> berfirman (yang artinya),<b> “<em>Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, ampunan dan pahala yang besar</em><em>.”</em><em> (</em>QS. Al Ahzab: 35<em>)</em></b><br />
<br />
<b>6) Shalat tempat meminta pertolongan kepada Allah sekaligus ciri orang yang khusyuk</b><br />
Allah <em>T</em><em>a’ala</em> berfirman (yang artinya<em>)</em><em>, <b>“</b></em><b><em>Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan </em><em>s</em><em>esungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’</em>.” (QS. Al Baqarah: 45)</b><br />
<br />
<b>7) Shalat mencegah hamba dari Perbuatan Keji dan Mungkar</b><br />
Allah <em>T</em><em>a’ala</em> berfirman (yang artinya),<b> “<em>B</em><em>acalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan</em><em>.”</em> (QS. Al Ankabut: 45)</b>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-59424735897531257792012-03-23T01:49:00.000-07:002012-03-23T01:49:31.276-07:00KEDUDUKAN SHOLAT<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYQ_c_ZHmGUrZONe1dclDg7cUMrLdgW7kI6RzBQ6vHZEN1N08vnfzRzhxdxX9nVdvRPenXSs9HCoVCLPoyR0ERLHbvlzeXrWI6BEDwZhWXDI4Adjmrtxy3f67L844BHhyphenhyphen2ddrzfmTHISM/s1600/SHOLAT.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYQ_c_ZHmGUrZONe1dclDg7cUMrLdgW7kI6RzBQ6vHZEN1N08vnfzRzhxdxX9nVdvRPenXSs9HCoVCLPoyR0ERLHbvlzeXrWI6BEDwZhWXDI4Adjmrtxy3f67L844BHhyphenhyphen2ddrzfmTHISM/s400/SHOLAT.jpg" width="400" /></a></div><strong></strong><strong><br />
</strong><br />
Shalat memiliki kedudukan yang agung dalam Islam. Kita dapat melihat keutamaan shalat tersebut dalam beberapa point berikut ini[1]<strong>.</strong><br />
<br />
<b>1) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah satu rukun Islam</b><br />
<a name='more'></a><br />
Rasulullah <em>shal</em><em>l</em><em>allahu alaihi wa salam</em> bersabda, “<em>Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: </em><em>b</em><em>ersaksi </em><em>bahwa </em><em>tiada sesembahan yang </em><em>berhak disembah </em><em>kecuali All</em><em>a</em><em>h dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan All</em><em>a</em><em>h, menegakkan sh</em><em>a</em><em>lat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Ramadhan</em>.”[2]<br />
<br />
<b>2) Shalat merupakan pembeda antara muslim dan kafir</b><br />
Rasulullah <em>shal</em><em>l</em><em>allahu alaihi wa salam</em> bersabda, <em>“S</em><em>esungguhnya batasan antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah sh</em><em>a</em><em>lat</em><em>. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir”</em> [3]. Salah seorang tabi’in bernama Abdullah bin Syaqiq <em>rahimahullah </em>berkata, “Dulu para shahabat Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.”[4]<br />
<br />
<b>3) Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan shalat</b><br />
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda, ”<em>Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat</em>.”[5]<br />
<br />
<b>4) Amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat</b><br />
Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda, “<em>Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu</em>.” Dalam riwayat lainnya, ”<em>Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula</em>.”[6]<br />
<br />
<b>5) Shalat merupakan Penjaga Darah dan Harta Seseorang</b><br />
Rasulullah <em>shalallahu alaihi wa salam</em> bersabda, <em>”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mau mengucapkan laa ilaaha illalloh (Tiada sesembahan yang haq kecuali All</em><em>a</em><em>h), menegakkan sh</em><em>a</em><em>lat, dan membayar zakat. Apabila mereka telah melakukan semua itu, berarti mereka telah memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali ada alasan yang hak menurut Islam (bagiku untuk memerangi mereka) dan kelak perhitungannya terserah kepada All</em><em>a</em><em>h </em><em>Ta’ala</em><em>.”</em>[7]<br />
<br />
<br />
============================================================<br />
[1] Point-point ini disarikan dari kitab <em>Shahih Fiqh Sunnah</em>, Syaikh Abu Malik, Al Maktabah At Taufiqiyah<br />
[2] HR Muslim no. 16<br />
[3] HR Muslim no. 978<br />
[4] Perkataan ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy seorang tabi’in dan Hakim mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52. [ed]<br />
[5] HR. Tirmidzi no. 2825. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi [ed]<br />
[6] HR. Abu Daud. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Masyobih no. 1330 [ed]<br />
[7] HR. Bukhari dan MuslimSEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-11667883091128680862012-03-08T03:16:00.000-08:002012-03-08T03:16:51.534-08:00DO'A MENCINTAI ORANG MISKIN<h2 class="contentheading"><a class="contentpagetitle" href="http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/3723-keutamaan-mencintai-orang-miskin.html"><span class="cufon cufon-canvas" style="height: 21px; width: 62px;"></span><span class="cufon cufon-canvas" style="height: 21px; width: 60px;"></span></a></h2><div class="article-toolswrap"> <div class="article-tools clearfix"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7Mi9kQT__mbQEYpLN3o_OKhpLTo6Md9dkLUHeJ2btlNBS7c74RxJYQJNTxd7mXIJpp5FiS7V_9WZNqgB8zkabpHAYpZ0d8v0kSRFlo5jC9ETE_ypc9Iv2SJdf7CH1jzvvi8NAf6fdAMY/s1600/miskin.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7Mi9kQT__mbQEYpLN3o_OKhpLTo6Md9dkLUHeJ2btlNBS7c74RxJYQJNTxd7mXIJpp5FiS7V_9WZNqgB8zkabpHAYpZ0d8v0kSRFlo5jC9ETE_ypc9Iv2SJdf7CH1jzvvi8NAf6fdAMY/s320/miskin.JPG" width="320" /></a></div><div class="article-meta">( <span class="createdate"></span><span class="createby">Muhammad Abduh Tuasikal )</span><span class="article-section"> </span> </div><div class="joomla_add_this"> </div><div class="buttonheading"> <span> </span> <span> </span> </div></div></div><div class="article-content"> Ada sebuah do’a yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> yang isinya: <em>Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot wa hubbal masaakiin …</em> (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon pada-Mu sifat mencintai orang miskin). Dari do’a ini saja menunjukkan keutamaan seorang muslim mencintai orang miskin. Lalu kenapa sampai Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>seraya berdo’a sedemikian rupa? Apa gerangan dengan si miskin? <a name='more'></a>Mencintai orang miskin adalah tanda ikhlasnya cinta seseorang. Karena apa yang dia harap dari si miskin? Si miskin tidak memiliki materi atau harta yang banyak. Beda halnya dengan seseorang mencintai orang kaya, pasti ada maksud, ada udang di balik batu. Dan kadang maksud mencintai orang kaya tadi <a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/aqidah/2783-berusaha-untuk-ikhlas.html" target="_blank" title="Berusaha untuk Ikhlas"><span style="color: blue;"><strong><span style="text-decoration: underline;">tidak ikhlas</span></strong></span></a>. Inilah di antara alasan kenapa Rasul <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>mengajarkan do’a yang demikian kepada kita.<br />
Mari kita lihat penjelasan mengenai hadits yang kami maksudkan di atas. Dalam hadits qudsi, Allah <em>Ta’ala</em> berfirman,<br />
<br />
<div align="center" dir="RTL"><span style="font-size: large;"><b><span style="color: blue;"><span>اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ وَأَنْ تَغْفِرَ لِى وَتَرْحَمَنِى وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةَ قَوْمٍ فَتَوَفَّنِى غَيْرَ مَفْتُونٍ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ</span></span></b></span></div><span style="font-size: large;"><b>“<em>Wahai Muhammad, jika engkau shalat, ucapkanlah do’a: Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot wa hubbal masaakiin, wa an taghfirolii wa tarhamanii, wa idza arodta fitnata qowmin fatawaffanii ghoiro maftuunin. As-aluka hubbak wa hubba maa yuhibbuk wa hubba ‘amalan yuqorribu ilaa hubbik (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta <span style="color: red;"><strong>aku memohon pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin</strong></span>,</em> <em>ampunilah (dosa-dosa)ku, rahmatilah saya, jika Engkau menginginkan untuk menguji suatu kaum maka wafatkanlah saya dalam keadaan tidak terfitnah. Saya memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu)</em>”. Dalam lanjutan hadits Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>menyebutkan, “<em>Ini adalah benar. Belajar dan pelajarilah</em>”. (HR. Tirmidzi no. 3235 dan Ahmad 5: 243. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini <strong><em>shahih</em></strong>).</b></span><br />
<br />
<u><span style="color: maroon;"><strong>Kandungan Do’a yang Penuh Berkah</strong></span></u><br />
Do’a yang penuh berkah di atas berisi berbagai macam permintaan dan menunjukkan kesempurnaan serta menjelaskan pula agungnya do’a yang diminta. Di dalamnya berisi permintaan agar diberi taufik untuk melaksanakan kebaikan dari berbagai macam amalan sholeh. Begitu pula di dalamnya berisi permintaan agar seorang muslim dijauhkan dari perbuatan munkar dan kejelekan. Juga di dalamnya seorang muslim meminta agar tidak terkena fitnah dan kerusakan dalam agama, hal dunia, dan saat hari pembalasan. Oleh karenanya, sudah sepatutnya seorang muslim memperbanyak do’a tersebut. Hendaklah pula ia memahami maksudnya, lalu mengamalkan isinya. Siapa saja yang mempelajari dan mengamalkan isi kandungan do’a tersebut niscaya ia akan meraih kebahagiaan di dunia, alam barzakh dan di akhirat.<br />
Yang menunjukkan agungnya do’a di atas, sampai-sampai Allah <em>Ta’ala</em> memerintahkan pada Nabi-Nya <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>untuk memanjatkan do’a tersebut ketika beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>melihat-Nya dalam mimpi sebagaimana disebutkan dalam kisah di awal hadits.<br />
<br />
<u><span style="color: maroon;"><strong>Meminta Seluruh Kebaikan</strong></span></u><br />
Pertama, do’a di atas berisi meminta segala macam kebaikan dan meminta agar dijauhkan dari berbagai kemungkaran. Yang namanya kebaikan adalah segala hal yang Allah cintai berupa perkataan dan perbuatan, baik amalan wajib maupun amalan sunnah. Sedangkan kejelekan adalah setiap yang Allah benci berupa perkataan dan perbuatan.<br />
Siapa saja yang mendapatkan kebaikan yang diminta dalam do’a ini, maka ia telah meraih kebaikan di dunia dan akhirat. Inilah do’a yang <strong><em>jaami’</em></strong>, ringkas namun syarat makna. Do’a yang <strong><em>jaami’</em></strong> seperti inilah yang beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>sukai. Dari ‘Aisyah <em>radhiyallahu ‘anha</em>, beliau berkata,<br />
<br />
<div align="center" dir="RTL"><span style="font-size: 14pt;">كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ الْجَوَامِعَ مِنْ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَى ذَلِكَ</span></div>“<em>Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam</em><em> </em><em>menyukai doa-doa yang singkat padat, dan meninggalkan selain itu</em>.” (HR. Abu Daud no. 1482, dikatakan <strong><em>shahih</em></strong> oleh Syaikh Al Albani). Hendaklah kita membiasakan membaca do’a yang memiliki sifat demikian, apalagi yang langsung diajarkan atau dituntukan dalam Al Qur’an dan hadits Rasul <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam.</em></div>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-22889417671390086022012-03-08T03:04:00.000-08:002012-03-08T03:04:51.080-08:00MEMAHAMI JENGGOT<img alt="jenggot" height="150" src="http://rumaysho.com/images/stories/jenggot.jpg" style="float: left; margin: 7px;" width="200" /> Sebagian orang ada yang memunculkan kerancuan mengenai jenggot, ”<em>Sekarang ini orang-orang Cina, para biksu, dan Yahudi ortodok juga memanjangkan jenggot. Kalau demikian memakai jenggot juga dapat dikatakan tasyabuh (menyerupai) orang kafir. Sehingga sekarang kita harus menyelisihi mereka dengan mencukur jenggot</em>.” <br />
<a name='more'></a><br />
Kerancuan di atas telah dijawab oleh beberapa penjelasan ulama berikut.<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>Pertama</strong>: <span style="color: black;">Penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam <em>ta’liq</em> (komentar) beliau terhadap kitab <em>Iqtidho’ Ash Shirothil Mustaqim</em>, hal. 220, karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.</span></span><br />
Beliau <em>rahimahullah</em> mengatakan, ”Ini sungguh kekeliruan yang besar. Karena larangan ini berkaitan dengan memelihara jenggot. Jika saat ini orang-orang kafir menyerupai kita, maka <span style="text-decoration: underline;">tetap saja kita tidak boleh berpaling dari apa yang telah diperintahkan walaupun mereka menyamai kita</span>. Di samping memelihara jenggot untuk menyelisihi orang kafir, memelihara jenggot adalah termasuk fitroh (yang tidak boleh diubah sebagaimana penjelasan di atas, pen). Sebagaimana disabdakan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, ‘<em>Ada sepuluh fitroh, di antaranya memelihara (membiarkan) jenggot’. </em>Maka dalam masalah memelihara jenggot ada dua perintah yaitu untuk menyelisihi orang kafir dan juga termasuk fithroh.”<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>Kedua</strong>: <span style="color: black;">Fatwa <em>Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’</em> (komisi fatwa di Saudi Arabia, semacam komite fatwa MUI di Indonesia) no. 2258.</span></span><br />
Pertanyaan: “Saya pernah mendengar bahwa memelihara (membiarkan) jenggot adalah wajib. Apakah pendapat ini benar? Jika ini benar, aku mohon agar dijelaskan mengenai sebab wajibnya hal ini. Dari yang saya ketahui ketika membaca salah satu buku bahwa sebab wajibnya memelihara jenggot adalah karena kita diharuskan melakukan yang berkebalikan dengan apa yang dilakukan orang kafir (maksudnya kita diperintahkan menyelisihi orang kafir, pen). Akan tetapi saat ini orang-orang kafir malah memelihara jenggot, sehingga saya merasa tidak puas dengan alasan ini. Aku mohon agar aku diberi penjelasan mengenai sebab kenapa kita diperintahkan memelihara jenggot?”<br />
Jawaban:<br />
<em>Alhamdulillah wahdah wash sholatu was salamu ‘ala rosulihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam</em>. <em>Wa ba’du</em><br />
Sesungguhnya memelihara (membiarkan) jenggot adalah wajib dan mencukurnya adalah haram. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, dan selainnya dari shahabat Ibnu ‘Umar <em>radhiyallahu ‘anhuma</em>, Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda, ”<em>Selisilah orang musyrik, biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis</em>.” Begitu juga dalam riwayat Ahmad dan Muslim dari Abu Huroiroh <em>radhiyallahu ‘anhu</em>, Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda, ”<em>Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi</em>.” (Hal ini berarti) terus menerus dalam mencukur jenggot termasuk <em>al kabair</em> (dosa besar). Maka wajib bagi seseorang untuk menasehati orang yang mencukur jenggot dan mengingkarinya. …<br />
Dan bukanlah maksud menyelisihi majusi dan orang musyrik adalah menyelisihi mereka di semua hal termasuk di dalamnya adalah hal yang benar yang sesuai dengan fithroh dan akhlaq yang mulia. Akan tetapi yang dimaksudkan dengan menyelisihi mereka adalah <span style="text-decoration: underline;">menyelisihi apa yang ada pada mereka yang telah menyimpang dari kebenaran dan yang telah keluar dari fithroh yang selamat serta akhlaq yang mulia</span>.<br />
Dan sesuatu yang telah diselisihi oleh orang majusi, orang musyrik, dan orang kafir lainnya adalah dalam masalah mencukur jenggot. Dengan melakukan hal ini, mereka telah menyimpang dari kebenaran dan keluar dari fithroh yang bersih serta telah menyelisihi ciri khas para Nabi dan Rasul. Maka menyelisihi mereka dalam hal ini adalah wajib yaitu dengan memelihara (membiarkan) jenggot dan memendekkan kumis. Hal ini dilakukan dalam rangka mengikuti petunjuk para Nabi dan Rasul dan mengikuti apa yang dituntunkan oleh fitroh yang bersih (selamat). Telah terdapat dalil pula bahwa Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda, “<em>Ada sepuluh macam fitrah, yaitu memendekkan kumis, <span style="text-decoration: underline;">memelihara jenggot</span>, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.”</em> (HR. Ahmad, Muslim dan lainnya) …<br />
Jika (pada saat ini) orang kafir malah memelihara jenggot, maka ini bukan berarti boleh bagi kaum muslimin untuk mencukur jenggot mereka. Sebagaimana dalam penjelasan di atas bahwasanya bukanlah yang dimaksudkan adalah menyelisihi mereka dalam segala hal. Namun, <span style="text-decoration: underline;">yang dimaksudkan adalah menyelisihi mereka pada hal-hal yang mereka telah menyimpang dari kebenaran dan telah keluar dari fithroh yang selamat.</span><br />
<em>Wa billahit tawfiq wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa sallam.</em><br />
Yang menandatangani fatwa ini:<br />
Anggota : Abdullah bin Qu’ud, Abdullah bin Ghodayan<br />
Wakil Ketua : Abdur Rozaq Afifi<br />
Ketua : Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>Ketiga</strong>: <span style="color: black;">Fatwa <em>Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’</em> no. 4988 (yang sengaja kami ringkas agar tidak terlalu panjang)</span></span><br />
Memelihara jenggot termasuk tuntutan fitroh sebagaimana terdapat pada kurun pertama. Memelihara jenggot juga merupakan syari’at Nabi-nabi terdahulu sebagaimana merupakan syari’at Nabi kita Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Syari’at beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> adalah umum bagi semua makhluk dan wajib bagi mereka untuk melaksanakannya hingga hari kiamat. Allah telah berfirman mengenai Nabi Musa dan saudaranya Harun <em>‘alaihimas salam</em> serta kepada kaumnya Bani Israil ketika mereka menyembah anak sapi,<br />
<br />
<div dir="rtl" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt;">وَلَقَدْ قَالَ لَهُمْ هَارُونُ مِنْ قَبْلُ يَا قَوْمِ إِنَّمَا فُتِنْتُمْ بِهِ وَإِنَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمَنُ فَاتَّبِعُونِي وَأَطِيعُوا أَمْرِي (90) قَالُوا لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوسَى (91) قَالَ يَا هَارُونُ مَا مَنَعَكَ إِذْ رَأَيْتَهُمْ ضَلُّوا (92) أَلَّا تَتَّبِعَنِ أَفَعَصَيْتَ أَمْرِي (93) قَالَ يَا ابْنَ أُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلَا بِرَأْسِي إِنِّي خَشِيتُ أَنْ تَقُولَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَمْ تَرْقُبْ قَوْلِي (94)</span></b></div><b>“<em>Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan ta'atilah perintahku". Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami". Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" Harun menjawab' "Hai putera ibuku, <span style="text-decoration: underline;">janganlah kamu pegang janggutku</span> dan jangan (pula) kepalaku. sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku".</em>” (QS. Thoha : 90-94)</b><br />
<br />
Maka lihatlah, <span style="text-decoration: underline;">memelihara jenggot adalah sesuatu yang disyari’atkan pada syari’at Nabi Musa dan Harun <em>‘alaihimas salam</em></span>. Kemudian Nabi Isa ‘<em>alaihis salam </em>membenarkan ajaran yang ada pada Taurat, maka <em>lihyah</em> (jenggot) juga merupakan syari’at Nabi Isa <em>‘alaihis salam</em>. Mereka semua (Nabi Musa, Harun dan Isa) adalah para rasul Bani Israil yaitu Yahudi dan Nashrani. Jadi, tatkala orang Yahudi dan Nashrani meninggalkan memelihara jenggot, maka mereka telah salah (rusak) sebagaimana mereka telah rusak tatkala meninggalkan ajaran tauhid dan syari’at Nabi-nabi mereka. Mereka juga telah menggugurkan perjanjian yang seharusnya mereka ambil yaitu untuk mengimani Nabi kita Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Siapa saja dari Yahudi dan Nashrani yang kembali pada ajaran yang sesuai dengan syari’at setiap Nabi di antaranya adalah memelihara jenggot, maka kita tidaklah menyelisihi mereka dalam hal ini karena mereka telah kembali kepada sebagian kebenaran. Sebagaimana pula kita tidaklah menyelisihi mereka jika mereka kembali pada tauhid dan kembali beriman kepada Nabi kita Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Bahkan jika memang mereka beriman, kita akan menolong (menguatkan) mereka dan memujinya disebabkan keimanan ini serta kita akan saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.<br />
<em>Wa billahit tawfiq wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa sallam.</em><br />
Yang menandatangani fatwa ini:<br />
Anggota : Abdullah bin Qu’ud, Abdullah bin Ghodayan<br />
Wakil Ketua : Abdur Rozaq Afifi<br />
Ketua : Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz<br />
Semoga perkataan ulama dan fatwa-fatwa di atas bisa menjawab sedikit kerancuan yang menyebar di tengah-tengah masyarakat mengenai jenggot.<br />
Semoga Allah selalu memberikan kita keistiqomahan hingga maut menjemput. Mudah-mudahan Allah mematikan kita dalam keadaan terbaik, dalam keadaan melakukan ketaatan pada-Nya.<br />
<div style="text-align: center;"><em>Hanya Allah yang senantiasa memberi taufik.</em></div><br />
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal<br />
Artikel <a href="http://rumaysho.com/">http://rumaysho.com</a>SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4992961659247956715.post-110564085113414332012-03-08T02:52:00.000-08:002012-03-08T02:52:19.803-08:00DO'A PERLINDUNGAN TERBAIK DAN TERLENGKAP<h1> <span style="font-size: x-small;">Muhib Al-Majdi</span></h1><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigG0ObehEVHndOMk5VZ4zcSskWNPe4fIkBE_OLkejcTgBswwKBIvjjDXW5TcDHK0MTtccd47zIKY27hTvQC7my3VXYBPefo402Eff1CpYpWnARBfZEVEPUabPRyuKyZUhivCgvBG2Enoo/s1600/doa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigG0ObehEVHndOMk5VZ4zcSskWNPe4fIkBE_OLkejcTgBswwKBIvjjDXW5TcDHK0MTtccd47zIKY27hTvQC7my3VXYBPefo402Eff1CpYpWnARBfZEVEPUabPRyuKyZUhivCgvBG2Enoo/s1600/doa.jpg" /></a></div><div class="info"><br />
</div><strong>(<a href="http://arrahmah.com/" rel="content" target="_blank">Arrahmah.com</a>)</strong> – Begitu sayangnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya, sehingga beliau mengajari mereka banyak doa perlindungan yang lengkap dari segala keburukan. Dengan doa-doa perlindungan tersebut, seorang muslim tidak perlu khawatir lagi dalam menghadapi berbagai tantangan dan cobaan kehidupan.<br />
<a name='more'></a><br />
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca doa berikut ini:<br />
<br />
<div dir="RTL"><span style="font-size: x-large;"><b>«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسَلِ وَالهَرَمِ، وَالمَأْثَمِ وَالمَغْرَمِ، وَمِنْ فِتْنَةِ القَبْرِ، وَعَذَابِ القَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ النَّارِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الغِنَى، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الفَقْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ عَنِّي خَطَايَايَ بِمَاءِ الثَّلْجِ وَالبَرَدِ، وَنَقِّ قَلْبِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَبَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ»</b></span></div><br />
<span style="font-size: large;"><b>“<em>Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan usia jompo, perbuatan dosa dan hutang, fitnah kubur dan azab kubur, fitnah neraka dan azab neraka, keburukan fitnah kekayaan; aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kemiskinan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Masih Dajjal. </em></b></span><br />
<span style="font-size: large;"><b><em>Ya Allah, cuci bersihlah kesalahan-kesalahanku dengan es dan embun. Bersihkanlah hatiku dari kesalahan-kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan kain yang putih dari kotoran. Dan jauhkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan jarak antara timur dan barat</em>.”</b></span> <strong>(HR. Bukhari: Kitab ad-da’awat no. 6368 dan Muslim: Kitab adz-dzikr no. 589)</strong><br />
<div dir="RTL"><br />
</div>(muhib al-majdi/<a href="http://arrahmah.com/read/2012/02/17/18142-doa-perlindungan-terbaik-dan-terlengkap.html" rel="content" target="_blank">arrahmah.com</a>)SEEMBUN ILMUhttp://www.blogger.com/profile/09232257806064521346noreply@blogger.com0