(Oleh: Badrul Tamam)
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا
Innaa Lillaahi Wainnaa Ilaihi Raaji'uun, Allaahumma'jurnii Fii Musiibatii Waahliflii Khairan Minha
"Sesungguhnya kita ini milik Allah dan
sungguh hanya kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala
dalam musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya."
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اَللَّهُمَّ آجِرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأخْلُفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا
Innaa Lillaahi Wainnaa Ilaihi Raaji'uun, Allaahumma Aajirnii Fii Musiibatii Wahluflii Khairan Minha
"Sesungguhnya kita ini milik Allah dan
sungguh hanya kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala
dalam musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya."
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ آجِرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا
Innaa Lillaahi Wainnaa Ilaihi Raaji'uun, Allaahumma Aajirnii Fii Musiibatii Waahliflii Khairan Minha
"Sesungguhnya kita ini milik Allah dan
sungguh hanya kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala
dalam musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya."
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَا مِنْ
عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا
مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا
مِنْهَا قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا
مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
"Tak seorang hamba (muslim) tertimpa
musibah lalu ia berdoa: 'Sesungguhnya kita ini milik Allah dan sungguh
hanya kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam
musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya.' Ummu
Salamah berkata: Saat Abu Salamah wafat, aku berdoa sebagaimana yang
diperintahkan Rasulullah kepadaku, lalu Allah memberi ganti untukku yang
lebih baik darinya, yakni Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam." (Muttafaq 'Alaih)
Setiap kita pasti pernah atau akan
mendapatkan musibah. Karena musibah bagian dari ujian dalam kehidupan
dunia. Tidak boleh tidak harus dijalani manusia. Salah satu bentuknya
adalah kematian atau kehilangan harta benda.
Allah Ta'ala berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu
dikembalikan." (QS. Al-Anbiya': 35)
Al-Imam Abu al-Fida' Ibnu Katsir rahimahullah dalam menafsirkan firman Allah Ta'ala, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati."
(QS. Ali Imran: 185) berkata: "Allah mengabarkan kepada seluruh
makhluk-Nya, tiap-tiap yang berjiwa pasti merasakan mati. Sebagaimana
firman Allah Ta'ala, "Semua yang ada di bumi itu akan binasa.Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." (QS, al-Rahman: 26-27)
Hanya Allah Ta'ala semata yang Maha
hidup, tak akan mati. Sedangkan jin, mereka akan mati. Begitu juga semua
Malaikat. Tidak tertinggal mereka para pemikul 'Arsy. Hanya Dia
Al-Wahid, Al-Ahad, Al-Qahhar (Allah yang Maha Esa dan Perkasa) yang
kekal. Allah lah yang akhir, sebagaimana Dia adalah yang awal."
Tentang "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)"
beliau berkata: "Kami uji kalian dengan musibah sekali waktu, dan pada
saat yang lain dengan nikmat. Untuk kami melihat siapa yang syukur dan
siapa yang kufur, siapa yang sabar dan siapa yang berputus asa."
Syaikh Sa'di dalam tafsirnya berkata,
"Akan tetapi Allah Ta'ala mengadakan hamba-hamba-Nya di dunia,
memerintahkan dan melarang mereka, menguji mereka dengan kebaikan dan
keburukan, kaya dan miskin, kemuliaan dan kehinaan, kehidupan dan
kematian (semua itu) sebagai fitnah (cobaan) dari Allah Ta'ala untuk Dia
menguji mereka siapa di antara mereka yang paling baik amalnya?."
Ujian musibah diberikan kepada hamba
beriman untuk kebaikan mereka. Di antaranya untuk menghapuskan dosa-dosa
mereka, mengajaknya bersabar sehingga diberi pahala berlipat, dan
dengan musibah tersebut seorang hamba mukmin akan semakin tunduk dan
taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta'ala.
Dari Shuhaib bin Sinan Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
عَجَبًا
لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ
إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan urusan seorang
mukmin. Sesungguhnya semau urusannya adalah baik. Hal itu tidak dimiliki
kecuali oleh orang mukmin. Jika ia mendapat kenikmatan ia bersyukur,
maka itu baik untuknya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu
juga baik untuknya." (HR. Muslim)
Maka saat tertimpa musibah dengan
kematian orang tua, anak, atau saudaranya, atau hilang hartanya maka
hendaknya seseorang menyadari bahwa semua ini terjadi dengan izin Allah;
takdir dan kehendak-Nya. sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Tidak
ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu." (QS. Al-Thaghabun: 11)
Ibnu Katsir rahimahullah
menjelaskan tentang maksud ayat di atas, "Siapa yang ditimpa musibah
lalu ia tahu bahwa itu terjadi dengan qadha dan qadar Allah, kemudian ia
sabar, berharap pahala, dan pasrah menerima qadha' Allah; niscaya Allah
memberikan hidayah pada hatinya, mengganti dunia yang hilang darinya
dengan hidayah di hatinya, yakin dan percaya, dan bisa jadi Allah
memberi ganti yang sepadan atau lebih baik daripada yang sudah diambil
oleh-Nya."
Semua maksud yang disebutkan Ibnu Katsir ini terdapat dalam doa di atas. Doa penuh berkah yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai implementasi ayat di atas. Manfaat dan keberkahannya telah dibuktikan oleh Ummul mukminin, Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anha.
Yakni saat suami tercintanya, Abu Salamah meningga. Ia sangat
kehilangan. Karena Abu Salamah adalah suami yang sangat baik kepadanya.
Lalu beliau berdoa dengan doa yang telah diajarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam di atas sambil ia bertanya-tanya, "Adakah laki-laki yang lebih baik dari Abu Salamah?" Setelah berlalu masa 'iddahnya, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam datang kepadanya untuk melamarnya. Maka saat itu dia sangat yakin dengan kedahsyatan doa di atas.
Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anha berkata: "Saat Abu Salamah wafat, aku berdoa sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah kepadaku, lalu Allah memberi ganti untukku yang lebih baik darinya, yakni Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam." Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar