Melawan Janji Setan Dengan Kerja Keras dan Istigfar…
(Oleh: Muhaimin Iqbal )
INTERGOVERNMENTAL Panel on Climate Control (IPCC)
lima tahun lalu (2007) memprediksi bahwa suhu permukaan bumi akan naik
minimal 1.1 0 C dan maksimal 6.4 0 C pada abad ini.
Masih menurut
institusi ini global warming akan berdampak pada semakin banyaknya
banjir karena permukaan air laut yang naik, berkurangnya suplai air
bersih, meningkatnya malnutrition, memburuknya tingkat kesehatan sampai
juga meurunkan kemampuan berproduksi dari bangsa-bangsa di dunia.
Institusi lain World Bank (Bank Dunia) mengabarkan bahwa
saat ini ada sekitar 1.1 Milyar orang di seluruh dunia yang hidup
dibawah garis kemiskinan absolut dengan daya beli kurang dari US$ 1 per
hari. Institusi yang sama juga mengungkapkan bahwa saat ini ada sekitar
923 juta orang dari seluruh dunia kekurangan gizi.
Saat ini juga diperkirakan tidak kurang dari 1 Milyar penduduk dunia
tidak memiliki akses kesehatan. Karenanya dari 56 juta kematian per
tahun di dunia-2/3 diantaranya oleh sebab penyakit yang tidak
tertangani.
Masih banyak krisis-krisis lain seperti energi, finansial, keamanan,
kemanusiaan dlsb. yang semua mengarah pada kehidupan yang semakin sulit
dan bumi terasa semakin sempit untuk ditinggali. Kondisi ini seolah
terwakili dalam judul buku Hot, Flat and Crowded (2008) yang ditulis oleh penulis kondang Thomas L. Friedmen .
Gambaran tentang kesulitan dan kesempitan hidup di dunia ini memang
benar adanya, penyebabnya-pun jelas yaitu dari kerusakan-kerusakan yang
diciptakan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri. Bahkan kondisi ini
juga telah diberitahukan ke kita sejak 1,400 tahun lebih dalam firmanNya
:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ
الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).” (QS ar-Rum [30] :41)
Fakta bisa sama tetapi
sikap bisa berbeda. Bagi orang-orang yang tidak beriman, fakta krisis
pangan, krisis energi dlsb. menjadikannya jalan menghalalkan segala
cara untuk mengamankan pasokan pangan dan energy untuk kepentingannya
sendiri. Mereka bisa mencurangi, mengadu domba, memerangi sampai juga
menjajah negeri-negeri yang berpotensi untuk dijadikan penyuplai
kebutuhan pangan dan energi-nya.
Orang-orang beriman juga melihat fakta yang sama, tetapi langkah yang
dilakukannya yang akan berbeda. Sebagaimana ayat di atas, mereka akan
‘kembali ke jalan yang benar’. Mereka akan bekerja keras untuk
memperbaiki kerusakan yang ada, menyuburkan kembali lahan-lahan yang
rusak, menghijaukan kembali hutan-hutan yang gundul, membersihkan
kembali air-air yang tercemar dst.
Bila pada umumnya orang melihat dunia menuju satu arah yaitu semakin
rusak, semakin sempit, semakin kompetitif, semakin miskin dan
seterusnya, maka memang inilah yang dikehendaki setan – supaya manusia
menghalalkan segala cara agar untuk menghindari kemiskinan ini.
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ
وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاء وَاللّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ
وَفَضْلاً وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan
untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Baqarah [2] :268).
Janji-janji setan inilah yang antara lain juga membuat kampanye
program Keluarga Berencana sukses, karena orang mudah untuk dibuat takut
miskin – takut tidak bisa menyekolahkan anak, dlsb.
Lantas dengan demikian apakah pemerintahan suatu negeri seharusnya
membiarkan saja jumlah penduduk meledak tanpa kendali? Fokus programnya
yang harus dirubah, bukan jumlah penduduknya yang ditekan – karena
setelah ditekan selama sperempat abad lebih-pun penduduk miskin kita
juga terus bertambah.
Tetapi sumber-sumber kemakmurannya yang harus terus digali. Bila
Allah berjanji “…dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka…” (QS 6
: 151), maka Dia pasti penuhi janjiNya, sumber-sumber rezeki itu akan
tersedia cukup untuk kita, anak-anak kita bahkan sampai cucu cucu kita
kelak sampai akhir jaman.
Syaratnya adalah kita tidak terus
berbuat “…kerusakan di darat dan di laut…” dan kita mulai menjalankan
fungsi kita diciptakan di muka bumi, yaitu “…menjadi pemakmurnya…”. Jadi
jalan untuk memakmurkan bumi ini yang harus menjadi fokus utama –
karena itulah kita diciptakan, bukan sebaliknya untuk mengerem
pertumbuhan penghuninya.
Bapak saya adalah Kiai di peasntren
kecil di desa, beliau juga petani kecil yang nyaris tanpa lahan yang
berarti. Tetapi beliau memiliki anak 11 (12 meninggal 1 sewaktu bayi),
kok cukup ya untuk membesarkan ke 11 anaknya?
Kebanyakan orang
akan berfikir, oh itu dahulu, ketika dunia belum se kompetitif sekarang,
ketika produksi lahan-lahan pertanian masih tinggi, ketika anak-anak
cepat bisa mandiri bahkan sejak mereka di bangku kuliah. Sekarang
masanya lain, kompetisi untuk sekolah, lapangan kerja dlsb menjadi
semakin berat, beban biaya hidup semakin mahal dlsb sehingga tidak
terbayang bisa punya anak 11?
Allah punya cara tersendiri untuk
mengendalikan jumlah penduduk di muka bumi ini, ada yang diberi satu
anak, dua anak dan ada yang diberi 11, 13 dan bahkan konon ada yang 16.
Tetapi semuanya di cukupiNya, bila kita mengikuti perintahNya untuk
memakmurkan bumi.
Persaingan untuk memperoleh sekolah yang baik?
Siapa bilang konsep sekolah harus berebut bangku di sekolah-sekolah yang
baik nan mahal? Sekolah bisa kita buat sendiri dengan cara yang lebih
murah dan insyaallah lebih baik membekali anak-anak dengan keimanan dan
kemandiriannya.
Siapa bilang anak-anak harus berkompetisi mencari
lapangan pekerjaan? Dengan teknologi yang ada di jaman ini, mestinya
akan lebih mudah mencari atau bahkan menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri.
Siapa bilang juga produksi lahan-lahan pertanian akan
terus menyusut? Bila dengan karuniaNya dan petunjukNya kita bisa melipat
gandakan hasil dari setiap jengkal lahan yang ada!
Bila setelah
bekerja keras untuk memakmurkan bumi ini kemiskinan masih juga membayang
di depan mata kita, Allah-pun memberikan solusinya…yaitu
banyak-banyaklah kita beristigfar. Solusi istigfar ini setidaknya saya
temukan di dua surat yang berbeda, dengan yang berbeda – tetapi pesan
yang disampaikannya mirip satu sama lain:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ
ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ
مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنِّيَ
أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِي
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat
kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada
waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang
yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya…” (QS Hud [11] :3)
“Maka
aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai.’” (QS 71 : 10-12)
Jadi agar kita tidak
terjebak dengan kampanye dan janji-janji setan yang memiskinkan,
nampaknya memang kita harus bekerja keras dan terus beristigfar.*
Penulis Direktur Gerai Dinar, kolumnis hidayatullah.com
Red: Cholis Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar