Minggu, 22 April 2012

MELAWAN JANJI SETAN

Melawan Janji Setan Dengan Kerja Keras dan Istigfar…





(Oleh: Muhaimin Iqbal )
INTERGOVERNMENTAL Panel on Climate Control (IPCC) lima tahun lalu (2007) memprediksi bahwa  suhu permukaan bumi akan naik minimal 1.1 0 C dan maksimal 6.4 0 C pada abad ini.

Masih menurut institusi ini global warming akan berdampak pada semakin banyaknya banjir karena permukaan air laut yang naik, berkurangnya suplai air bersih, meningkatnya malnutrition, memburuknya tingkat kesehatan sampai juga meurunkan kemampuan berproduksi dari bangsa-bangsa di dunia.
Institusi lain World Bank (Bank Dunia) mengabarkan bahwa saat ini ada sekitar 1.1 Milyar orang di seluruh dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan absolut  dengan daya beli kurang dari US$ 1 per hari. Institusi yang sama juga mengungkapkan bahwa saat ini ada sekitar 923 juta orang dari seluruh dunia kekurangan gizi.
Saat ini juga diperkirakan tidak kurang dari 1 Milyar penduduk dunia tidak memiliki akses kesehatan. Karenanya dari 56 juta kematian per tahun di dunia-2/3 diantaranya oleh sebab penyakit yang tidak tertangani.
Masih banyak krisis-krisis lain seperti energi, finansial, keamanan, kemanusiaan dlsb. yang semua mengarah pada kehidupan yang semakin sulit dan bumi terasa semakin sempit untuk ditinggali. Kondisi ini seolah terwakili dalam judul buku Hot, Flat and Crowded (2008) yang ditulis oleh penulis kondang Thomas L. Friedmen .
Gambaran tentang kesulitan dan kesempitan hidup di dunia ini memang benar adanya, penyebabnya-pun jelas yaitu dari kerusakan-kerusakan yang diciptakan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri. Bahkan kondisi ini juga telah diberitahukan ke kita sejak 1,400 tahun lebih dalam firmanNya :

 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Rum [30] :41)

Fakta bisa sama tetapi sikap bisa berbeda. Bagi orang-orang yang tidak beriman, fakta krisis pangan, krisis energi dlsb. menjadikannya jalan menghalalkan segala  cara untuk mengamankan pasokan pangan dan energy untuk kepentingannya sendiri. Mereka bisa mencurangi, mengadu domba, memerangi sampai juga menjajah negeri-negeri yang berpotensi untuk dijadikan penyuplai kebutuhan pangan dan energi-nya.
Orang-orang beriman juga melihat fakta yang sama, tetapi langkah yang dilakukannya yang akan berbeda. Sebagaimana ayat di atas, mereka akan ‘kembali ke jalan yang benar’. Mereka akan bekerja keras untuk memperbaiki kerusakan yang ada, menyuburkan kembali lahan-lahan yang rusak, menghijaukan kembali hutan-hutan yang gundul, membersihkan kembali air-air yang tercemar dst.
Bila  pada umumnya orang melihat dunia menuju satu arah yaitu semakin rusak, semakin sempit, semakin kompetitif, semakin miskin dan seterusnya, maka memang inilah yang dikehendaki setan – supaya manusia menghalalkan segala cara agar untuk menghindari kemiskinan ini.
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاء وَاللّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلاً وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Baqarah [2] :268).
Janji-janji setan inilah yang antara lain juga membuat kampanye program Keluarga Berencana sukses, karena orang mudah untuk dibuat takut miskin – takut tidak bisa menyekolahkan anak, dlsb.
Lantas dengan demikian apakah pemerintahan suatu negeri seharusnya membiarkan  saja jumlah penduduk meledak tanpa kendali? Fokus programnya yang harus dirubah, bukan jumlah penduduknya yang ditekan – karena setelah ditekan selama sperempat abad lebih-pun penduduk miskin kita juga terus bertambah.
Tetapi sumber-sumber kemakmurannya yang harus terus digali. Bila Allah berjanji “…dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka…” (QS 6 : 151), maka Dia pasti penuhi janjiNya, sumber-sumber rezeki itu akan tersedia cukup untuk kita, anak-anak kita bahkan sampai cucu cucu kita kelak sampai akhir jaman.

Syaratnya adalah kita tidak terus berbuat “…kerusakan di darat dan di laut…” dan kita mulai menjalankan fungsi kita diciptakan di muka bumi, yaitu “…menjadi pemakmurnya…”. Jadi jalan untuk memakmurkan bumi ini yang harus menjadi fokus utama – karena itulah kita diciptakan, bukan sebaliknya untuk mengerem pertumbuhan penghuninya.

Bapak saya adalah Kiai di peasntren kecil di desa, beliau juga petani kecil yang nyaris tanpa lahan yang berarti. Tetapi beliau memiliki anak 11 (12 meninggal 1 sewaktu bayi), kok cukup ya untuk membesarkan ke 11 anaknya?

Kebanyakan orang akan berfikir, oh itu dahulu, ketika dunia belum se kompetitif sekarang, ketika produksi lahan-lahan pertanian masih tinggi, ketika anak-anak cepat bisa mandiri bahkan sejak mereka di bangku kuliah. Sekarang masanya lain, kompetisi untuk sekolah, lapangan kerja dlsb menjadi semakin berat, beban biaya hidup semakin mahal dlsb sehingga tidak terbayang bisa punya anak 11?

Allah punya cara tersendiri untuk mengendalikan jumlah penduduk di muka bumi ini, ada yang diberi satu anak, dua anak dan ada yang diberi 11, 13 dan bahkan konon ada yang 16. Tetapi semuanya di cukupiNya, bila kita mengikuti perintahNya untuk memakmurkan bumi.

Persaingan untuk memperoleh sekolah yang baik? Siapa bilang konsep sekolah harus berebut bangku di sekolah-sekolah yang baik nan mahal? Sekolah bisa kita buat sendiri dengan cara yang lebih murah dan insyaallah lebih baik membekali anak-anak dengan keimanan dan kemandiriannya.

Siapa bilang anak-anak harus berkompetisi mencari lapangan pekerjaan? Dengan teknologi yang ada di jaman ini, mestinya akan lebih mudah mencari atau bahkan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Siapa bilang juga produksi lahan-lahan pertanian akan terus menyusut? Bila dengan karuniaNya dan petunjukNya kita bisa melipat gandakan hasil dari setiap jengkal lahan yang ada!

Bila setelah bekerja keras untuk memakmurkan bumi ini kemiskinan masih juga membayang di depan mata kita, Allah-pun memberikan solusinya…yaitu banyak-banyaklah kita beristigfar. Solusi istigfar ini setidaknya saya temukan di dua surat yang berbeda, dengan yang berbeda – tetapi pesan yang disampaikannya mirip satu sama lain:

وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنِّيَ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِي
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya…” (QS Hud [11] :3)

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.’” (QS 71 : 10-12)

Jadi agar kita tidak terjebak dengan kampanye dan janji-janji setan yang memiskinkan, nampaknya memang kita harus bekerja keras dan terus beristigfar.*
Penulis Direktur Gerai Dinar, kolumnis hidayatullah.com

Red: Cholis Akbar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar